Sabtu, 10 Desember 2022

Askep asuhan Keperawatan anemia defisiensi besi pada Anak lengkap Implementasi

 KONSEP MEDIS

A.    DEFINISI
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya mineral Fe sebagai bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrosit.
Sedangkan anemia dibagi lagi menjadi berbagai macam, salah satunya yaitu anemia defisiensi, yang merupakan anemia yang disebabkan oleh sangat sedikitnya suatu zat spesifik yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin normal dan maturasi eritrositik, yang timbul karena beberapa sebab, seperti malabsorpsi atau asupan diet yang buruk (Dorland, 2006). Anemia defisiensi ini ada tiga macam, yaitu defisiensi asam folat, defisisensi besi, dan defisiensi asam askorbat (vitamin C). Dalam kasus ini, anemia defisiensi yang akan dibahas adalah anemia defisiensi besi.
Anemia defisiensi besi ini sendiri merupakan anemia mikrositik hipokrom yang ditandai dengan kadar serum besi yang rendah, peningkatan kapasitas pengikatan besi serum, penurunan feritin serum, dan penurunan penyimpanan besi di dalam sumsum (Stedman, 2005). Sedangkan untuk patogenesis dari anemia defisiensi besi ini sendiri dibagi ke dalam tiga tingkat, yaitu :
1.      Tingkat I
"Iron depletion" yang ditandai dengan berkurangnya atau tidak adanya cadangan besi, sehingga feritin plasma akan menurun dan absorbsi zat besi akan meningkat. Pada orang dewasa keadaan ini mudah dibedakan dengan keadaan normal, tetapi pada anak yang sedang tumbuh agak sulit ditentukan, karena pada anak-anak yang sedang tumbuh dalam keadaan normalpun bisa didapati kadar hemosiderin dalam sumsum tulang yang sangat rendah.
2.      Tingkat II
Bilamana keseimbangan zat besi yang negatip menjadi lebih progresif, maka terjadilah keadaan yang dinamakan "Iron deficiency erythropoesis" dengan tanda-tanda penurunan cadangan zat besi (depot iron) dalam tubuh, penurunan kadar besi dal m serum, dan penurunan kadar jenuh transferin sampai kurang dari 16 %, tapi belum ada tanda-tanda anemia yang jelas.
3.      Tingkat III
Dinamakan " Iron deficiency anemia " Pada tingkat ini keseimbangan zat besi yang negatif ditandai dengan adanya anemia yang nyata, disertai dengan kelainan-kelainan seperti pada tingkat II(Muhammad Riswan, 2003).
ADB memberikan dampak negatif kepada tumbuh-kembang anak.Hal ini disebabkan karena defisiensi besi selain dapat mengakibatkan komplikasi yang ringan antara lain kelainan kuku (kolonikia),atrofi papil lidah,glositis dan stomatitis yang dapat sembuh dengan pemberian besi,dapat pula memberikan komplikasi yang berat misalnya penurunan daya tahan tubuh terhadap infeksi,gangguan prestasi belajar,atau gangguan mental yang lainnya yang dapat berlangsung lama bahkan menetap.Oleh karena itu pengobatan terhadap defisiensi besi harus dimulai sedini mungkin.Demikian juga tindakan pencegahannya
Anemia Defisiensi besi adalah kadar besi dalam tubuh dibawah nilai normal. Pada tahap awal kita akan menemukan cadangan besi tubuh yang berkurang. Kemudian jika kekurangan berlanjut kadar besi dalam plasma akan berkurang. Pada akhirnya proses pembentukan hemoglobin akan terganggu dan menyebabkan anemia defisiensi besi.

B.     ETIOLOGI
Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis anemia defisiensi besi, yaitu:
1.      Asupan besi yang kurang pada jeniis makanan Fe non-heme, muntah berulang pada bayi, dan pemberian makanan tambahan yang tidak sempurna
2.      Malabsorbsi pada enteritis dan proses malnutrisi (PEM)
3.      Kehilangan atau pengeluaran besi berlebihan pada perdarahan saluran cerna kronis seperti pada diventrikulum Meckel, poliposis usus, alergi susu sapi, dan infestasi cacing
4.      Kebutuhan besi yang meningkat oleh karena pertumbuhan yang cepat pada bayi dan anak, infeksi akut berulang, dan infeksi menahun
5.      Depo besi yang kurang seperti pada berat badan lahir rendah, kembar
6.      Kombinasi dari etiologi di atas.
Penyebab lain dari ADB antara lain.:
Masukan zat besi dalam makanan yang tidak adekuat
a.       Masukan makanan dari susu sapi secara tidak langsung
b.      Penyebab Hb yang tepat tidak terjadi
c.       Janin yang lahir dengan gangguan structural pada system pencernaan
d.      Kehilangan darah kronis akibat adanya lesi pada saluran pencernaan.

C.    PATOFISIOLOGI.
Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga cadangan besi semakin menurun. Apabila cadangan kosong, maka keadaan ini disebut iron depleted state. Apabila kekurangan besi berlanjut terus, maka penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang. Sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit, tetapi anemia secara klinis belum terjadi, keadaan ini disebut iron deficien erythropoesis. Selanjutnya timbul anemia hipokromik mikrositer, sehingga disebut iron deficiency anemia. Pada saat ini juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku epitel mulut dan faring, serta berbagai gejala lainnya
Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin (Hb). Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb. Walaupun pembuatan eritrosit juga menurun, tiap eritrosit mengandung Hb lebih sedikit dari pada biasa sehingga timbul anemia hipokromik mikrositik.
1.      Jumlah efektif eritrosit berkurang menyebabkan jumlah O2 ke jaringan berkurang
2.       Kehilangan darah yang mendadak (> 30%) mengakibatkan pendarahan menimbulkan simtomatologi sekunder hipovolemi dan hipoksia
3.      Tanda dan gejala: gelisah, diaforesis (keringat dingin), takikardi, dyspne, syok
4.      Kehilangan darah dalam beberapa waktu (bulan) sampai dengan 50% terdapat kompensasi adalah:
·         Peningkatan curah jantung dan pernafasan
·         Meningkatkan pelepasan O2 oleh hemoglobin
·         Mengembangkan volume plasma dengan menarik cairan dari sela-sela jaringan, redistribusi aliran darah ke organ vital.
Salah satu tanda yang sering di kaitkan dengan anemia adalah pucat, ini umumnya sering di kaitkan dengan volume darah, berkurangnya hemoglobin dan vasokontriksi untuk memperbesar pengiriman O2 ke organ-organ vital. Karena faktor-faktor seperti pigmentasi kulit, suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler mempengaruhi warna kulit maka warna kulit bukan merupakan indeks pucat yang dapat diandalkan. Warna kuku, telapak tangan dan membran mukosa mulut serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna menilai kepucatan.

D.    MANIFESTASI KLINIS
1.      Pucat oleh karena kekurangan volume darah dan Hb, vasokontriksi
2.      Takikardi dan bising jantung (peningkatan kecepatan aliran darah) Angina (sakit dada)
3.      Dispnea, nafas pendek, cepat capek saat aktifitas (pengiriman O2 berkurang)
4.      Sakit kepala, kelemahan, tinitus (telinga berdengung) menggambarkan berkurangnya oksigenasi pada SS
5.      Anemia berat gangguan GI dan CHF (anoreksia, nausea, konstipasi atau diare)
Pucat merupakan tanda paling penting pada defisiensi besi. Pada ADB dengan kadar Hb 6-10 g/dl terjadi mekanisme kompensasi yang efektif sehingga gejala anemia hanya ringan saja. Bila kadar Hb turun <> 100 µg/dl eritrosit
Gejala khas yang dijumpai pada defisiensi besi dan tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah sebagai berikut :
a.       Koilorikia, Kuku sendok (Spoon nail) kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical, dan menjadi cekung seperti sendok.
b.      Atrofi papilla lidah, Permukaan lidah menjadi licin dan mengilap karena papil lidah menghilang.
c.       Stomatitis angularis, adanya peradangan pada sudut mulut, sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
d.      Disfagia, nyeri menelan karena kerusakan epitel hipofaring.
e.       Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan aklorida.

E.     KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada anemia defiseiensi besi pada anak antara lain:
1.      Perkembangan otot buruk ( jangka panjang )
2.      Daya konsentrasi menurun.
3.      Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun.

F.     PENATALAKSANAAN
1.      Medikamentosa
Pemberian preparat besi (ferosulfat/ferofumarat/feroglukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kg BB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan di antara waktu makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal. Asam askorbat 100 mg/15 mg besi elemental (untuk meningkatkan absorbsi besi).
2.      Pemberian preparat besi peroral
Preparat yang tersedia berupa ferrous glukonat, fumarat dan suksinat. Yang sering dipakai adalah ferrous sulfat karena harganya lebih murah. Untuk bayi tersedia preparat besi berupa tetes (drop). Untuk mendapatkan respon pengobatan dosis besi yang dipakai adalah 4-6 mg besi elemental/kgBB/hari. Obat diberikan dalam 2-3 dosis sehari. Preparat besi ini harus diberikan selama 2 bulan setelah anemia pada penderita teratasi.1,2
3.      Pemberian preparat besi parenteral.
Pemberian besi secara intramuskuler menimbulkan rasa sakit dan harganya mahal. Dapat menyebabkan limfadenopati regional dan reaksi alergi. Kemampuan untuk menaikkan kadar Hb tidak lebih baik dibanding peroral. Preparat yang sering dipakai adalah dekstran besi. Larutan ini mengandung 50 mg besi. Dosis dihitung berdasarkan:
Dosis besi (mg) = BB (kg) x kadar Hb yang diinginkan (g/dl) x 2,5.
4.      Transfusi darah
Transfusi darah jarang diperlukan. Transfusi darah hanya diberikan pada keadaan anemia yang sangat berat atau yang disertai infeksi yang dapat mempengaruhi respon terapi. Pemberian PRC dilakukan secara perlahan dalam jumlah yang cukup untuk menaikkan kadar Hb sampai tingkat aman sambil menunggu respon terapi besi. Secara umum, untuk penderita anemia berat dengan kadar Hb < style="font-weight: bold;">II.

5.      Bedah
Untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena diverticulum Meckel.
6.      Suportif
Makanan gizi seimbang terutama yang mengandung kadar besi tinggi yang bersumber dari hewani (limfa,hati, daging) dan nabati (bayam, kacang-kacangan)
Prinsip penatalaksanaan ADB adalah mengetahui faktor penyebab dan mengatasinya serta memberikan terapi penggantian dengan preparat besi. Sekitar 80-85% penyebab ADB dapat diketahui sehingga penaganannya dapat dilakukan dengan tepat. Pemberian preparat Fe dapat secara peroral atau parenteral. Pemberian peroral lebih aman, murah dan sama efektifnya dengan pemberian secara parenteral. Pemberian secara parenteral dilakukan pada penderita yang tidak dapat memakan obat oleh karena terdapat gangguan pencernaan.
7.      Pencegahan
Tindakan penting yang dapat dilakukan untuk mencegah kekurangan besi pada masa awal kehidupan adalah meningkatkan penggunaan ASI eksklusif, menunda penggunaan susu sapi sampai usia 1 tahun, memberikan makanan bayi yang mengandung besi serta makanan yang kaya dengan asam askorbat (jus buah) pada saat memperkenalkan makanan pada usia 4-6 bulan, memberikan suplementasi Fe kepada bayi yang kurang bulan, serta pemakaian PASI (susu formula) yang mengandung besi.

G.    Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain:
1.    Pemeriksaan ADB dapat diketahui dari pemeriksaan laboratorium :
Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit : didapatkan anemia hipokrom mikrositer dengan penurunan kadar hemoglobin mulai dari ringan sampai berat. MCV, MCHC, dan MCH menurun. MCH <> red cell distributionwidth meningkat yang menandakan adanya anisositosis. Indeks eritrosit sudah dapat mengalami perubahan sebelum kadar hemoglobin menurun. Kadar hemoglobin sering turun sangat rendah, tanpa menimbulkan gejala anemia yang mencolok karena anemia timbul perlahan-perlahan.  Adapun darah menunjukkan anemia hipokromik mikrositer, anisositosis, poikilositosis, anulosit, sel pensil, kadang-kadang  sel  target. Derajat hipokromia dan mikrositosis berbanding lurus dengan derajat anemia, berbeda dengan thalassemia. Leukosit dan trombosit normal. Reukosit rendah dibandingkan derajat anemia. Pada kasus ankilostomiasis sering dijumpai eosinofilia.
a.    Apus sumsum tulang : Hiperplasia eritropoesis, dengan kelompok-kelompok normo-blast basofil. Bentuk pronormoblast kecil-kecil, sideroblast.
b.    Kadar besi serum menurun <50>350 mg/dl, dan saturasi transferin.
c.    Feritin serum.  Sebagian kecil feritin tubuh bersikulasi dalam serum, konsentrasinya sebanding dengan cadangan besi jaringan, khususnya retikuleodotel. Pada anemia defisiensi besi, kadar feritin serum sangat rendah, sedangkan feritin serum yang meningkat menunjukkan adanya kelebihan besi atau pelepasan feritin berlebihan dari jaringan yang rusak atau suatu respons fase akut, misalnya pada inflamasi. Kadar serum normal atau menigkat pada anemia penyakit kronik.
d.    TIBC (Total Iron Banding Capacity) meningkat.
e.    Fase : Telur cacing Ankilostoma duodenale / Necator americanus.
f.     Pemeriksaan lain : endoskopi, kolonoskopi, gastroduodenografi, colon in loop, pemeriksaan genikologi.
Setelah melakukan pemerikssan laboratorium kemudian dilakukan diagnosis, diagnosis banding, kemudian dilanjutkan ke tahap terapi.
2.    Diagnosis
Penegakan diagnosis anemia defisiensi besi dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti disertai pemeriksaan laboratorium yang tepat. Secara laboratorik untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat dipakai kriteria diagnosis anemia defisiensi besi sebagai berikut :
a.    Adanya riwayat perdarahan kronis atau terbukti adanya sumber perdarahan.
b.    Laboratorium : anemia hipokrom mikosister, Fe serum rendah, TIBC tinggi.
c.     Tidak terdapat Fe dalam sumsum tulang (sideroblast).
d.    Adanya respon yang baik terhadap pemberian Fe.
3.    Diagnosis banding
 Anemia defisiensi besi perlu dibedakan dengan anemia hipokromik lainnya, seperti :
a.    Thalasemia (khususnya thalasemia minor ) : Hb A2 meningkat, feritin serum dan timbulnya Fe tidak turun.
b.    Anemia karena infeksi menahun : biasanya anemia normokromik normositik. Kadang –kadang terjadi anemia hipokromik mikrositik. Feritin serum dan timbunan Fe tidakturun.
c.     Keracunan timah hitam (Pb) : terdapat gejala lain keracunan Pb.
d.     Anemia sideroblastik : terdapat ring sideroblastik pada pemeriksaan sumsum tulang.
4.    Terapi
     Setelah diagnosis ditegakkan maka dibuat rencana pemberian terapi, terapi terhadap anemia difesiensi besi dapat berupa :
a.    Terapi kausal : tergantung penyebabnya, misalnya : pengobatan cacing tambang. Pengobatan hemoroid, pengobatan menoragia. Terapi kausal harus dilakukan, kalau tidak maka anemia akan kambuh kembali .
b.     Pemberian preparat besi untuk mengganti kekuranagan besi dalam tubuh
1)    Besi per oral : merupakan obat pilihan pertama karena efektif,  murah, dan aman. Preparat yang tersedia, yaitu :
·         Ferrous sulphat (sulfas ferrous) : preparat pilihan pertama ( murah dan efektif ). Dosis : 3x 200 mg.
·         Ferrous gluconate, ferrous fumarat, ferrous lactate, dan ferrous succinate,harga lebih mahal, tetapi efektivitas dan efek samping hampir sama.
2)    Besi parenteral : efek samping lebih berbahaya, serta harganya lebih   mahal. Indikasi, yaitu :
·         Intolerasi oral berat
·         Kepatuhan berobat kurang
·         Kolitis ulserativa
·         Perlu peningkatan Hb secara cepat (misal preoperasi, hamil trimester akhir )
3)    Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis diberikan antelmintik yang sesuai.
4)    Pemberian preparat Fe : pemberian preparat besi (ferosulfat/ ferofumarat/ferolukonat) dosis 4-6 mg besi elemental/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, diberikan diantara waktu makan. Preparat besi ini diberikan sampai 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin normal.
5)    Bedah: untuk penyebab yang memerlukan intervensi bedah seperti perdarahan karena diverticulum meckel.
6)    Suportif: makanan gizi seimbang terutama yang mengadung kadar besi tinggi yang bersumber dari hewani (limfa, hati, daging) dan nabati (bayam kacang-kacangan).
c.    Pencegahan Primer ADB
1)    Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.
2)     Menunda pemberian susu sapi sampai 1 tahun.
3)    Menggunakan sereal/tambahan makanan yang difortifikasi (diberi tambahan suplemen besi) tepat waktu yaitu sejak usia 6 bulan sampai 1 tahun.
4)    Pemberian vitamin C seperti jeruk, apel pada waktu makan dan minum preparat besi untuk meningkatkan absorbsi besi dan menghindari bahan yang menghambat absorbsi besi seperti teh, fosfat dan fitrat pada makanan.
5)    Menghindari minum susu berlebihan dan meningkatkan makanan yang mengandung kadar besi yang berasal hewani.
6)    Meningkatkan kebersihan lingkungan.



KONSEP KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
1.      Aktivitas dan istirahat
Gejala :
Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia, tidak tidur. Merasa gelisah dan ansietas. Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit. kelemahan dan/atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misal nyeri, ansietas, berkeringat malam.
Tanda : kesulitan ambulasi
2.      Sirkulasi
Tanda :
Takikardia (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri). Kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K). Tekanan darah hipotensi(tanda syok), termasuk postural. Kulit/membran mukosa : turgor buruk, kering, bibir pecah-pecah (dehidrasi/malnutrisi).
3.      Integritas ego
a.    Gejala :
Ansietas, ketakutan misalnya : perasaan tak berdaya/tak ada harapan. Faktor stress akut/kronis misalnya: hubungan dengan keluarga dan pekerjan, pengobatan yang mahal.
b.   Tanda :
Menolak, perhatian menyempit, depresi.


4.      Neurosensori
a.    Gejala : 
gangguan pendengaran dan penghidu, adanya pusing, sinkope
5.      Pernapasan:
a.       Gejala:
Pada pemeriksaan penunjang dapat terlihat adanya sumbatan seperti massa.
6.      Makanan dan cairan
a.    Gejala :
Penurunan lemak, tonus otot dan turgor kulit buruk. Membran mukosa bibir pucat; luka, inflamasi rongga mulut. Intake kurang adekuat akibat lesi.
b.   Tanda :
 Penurunan berat badan, tidak toleran terhadap diit/sensitive; buah segar/sayur, produk susu, makanan berlemak.
7.      Hygiene
a.    Tanda       :
Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri. Stomatitis menunjukan kekurangan vitamin. Bau badan.
8.      Nyeri dan kenyamanan
a.    Gejala ;
Nyeri/nyeri tekan pada perawatan ganti verban (mungkin hilang dengan defekasi), titik nyeri berpindah, nyeri tekan (atritis), terasa panas.

b.   Tanda :
Nyeri tekan pada bagian wajah OS. Nasal, superaorbital, maxilla.
9.      Keamanan
a.    Gejala ;
Peningkatan suhu 39-40°Celcius (eksaserbasi akut). Penglihatan kabur akibat hematom neurologik, alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine kedalam usus dan mempunyai efek inflamasi).
b.   Tanda :
Lesi kulit mungkin ada misalnya : eritema nodusum (meningkat, nyeri tekan, kemerahan dan membengkak) pada tangan, muka; pioderma ganggrenosa (lesi tekan purulen/lepuh dengan batas keunguan) pada paha, kaki dan mata kaki.
10.  Seksualitas
a.    Gejala :
Frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual.
11.  Interaksi social
Gejala : Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi. Ketidak mampuan aktif dalam sosial.
12.   Pemeriksaan fisik
a.       Inspeksi : Pada bagian wajah kemerahan, terdapat luka akibat goresan vulnus dan  tidak terlihat pada wajah epistaksis.
b.      Palpasi : nyeri tekan supraorbital akibat open rewind, selain itu terasa nyeri apabila ditekan.
a.       Diagnostik Test
·         Pemeriksaan laboratorium
·          Pemeriksaan laju endaP darah
·         Hb dan PCV: dibawah normal
·          Leukosit: normal atau sedikit meningkat
·         Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan Cl‑  rendah


DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan ANEMIA defisiensi besi:
a.       Gangguan perffusi jaringan b/d penurunan kadar hb, ketidak stabilan hemolisis dan penurunan suplai O2.
b.      Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuscular.
c.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh akibat anemia.
d.      Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.



PERENCANAAN/INTERVENSI

1.      Gangguan perffusi jaringan b/d penurunan kadar hb, ketidak stabilan hemolisis akibat penurunan suplai O2.
Tujuan : klien tidak dehidrasi lagi.
Hasil   :
·         wajah klien tidak pucat lagi.
·         Kadar HB normal.
Intervensi
1)      Kaji pola nafas, membrane mukosa, dan turgor kulit.
2)      Pantau tanda-tanda vital.
3)      Ajarkan pada pasien teknik nafas dalam
4)      Anjurkan pada klien untuk meminum air putih yang banyak.
5)      Berikan posisi nyamanan misalnya posisi semifowler
Rasional.
1)      Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan.meningkatnya nyeri secara bertahap, dehidrasi yang berlebih pada klien.
2)      Peningkatan TTV menandakan adanya peningkatan skala nyeri
3)      Meningkatkan relaksasi kenyamanan dan menurunkan nyeri.
4)      Menurunkan ketegangan otot sehingga nyeri berkurang.
5)      Memblokir rangsangan lmpuls nyeri ke otak sehingga nyeri tidak dipersepsikan pada saat beristirahat

2.      Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan kelemahan neuromuscular.
Tujuan : klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri kembali
Intervensi:
1)      Kaji pola aktivitas perawatan diri yang mampu dilakukan klien
2)      Anjurkan pada klien untuk melakukan aktivitas ringan dalam melakukan tindakan rawat diri.
3)      Anjurkan pada klien untuk minum air apabila sudah melakukan aktivitas rawat diri.
Rasional:
1)      Untuk mengetahui sejauhmana perkembangan tindakan rawat diri pada klien.
2)      Agar membantu klien mendorong kemampuan fisik dan membuat klien merawat diri sendiri dalam personal hygiene.
3)      Mencegah terjadinya dehidrasi berlebih bagi klien.

3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh.
Tujuan : klien dapat beraktifitas kembali
Hasil: klien tidak merasa lemas lagi , keadaan umum baik.
Intervensi :
1)      Kaji respon klien terhadap aktivitas
2)      Instruksikan pada klien untuk menghemat energy
3)      Dekatkan peralatan yang dibutuhkan klien.
4)      Libatkan keluarga dalam mengambil kebutuhan.
5)      Anjurkan dan ajarkan pada klien untuk latihan gerak secara bertahap.
Rasional:
1)      Untuk menunjukkan respon klien terhadap aktivitas.
2)      Membantu keseimbangan antara suplay O2
3)      Agar klien mudah mengambil alat – alat yang dibutuhkan.
4)      Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan.
5)      Mencegah terjadinya artropi otot.

4.      Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan : rasa cemas klien berkurang atau hilang
Intervensi :
1)      Kaji rasa Cemas yang mampu mempengaruhi kesehatan klien.
2)      observasi vital sign.
3)      Ajarkan pada pasien teknik relaksasi.
4)      Berikan tindakan kenyamanan misalnya masase
5)      Kolaborasi tim medis pemberian edukasi kesehatan pada pasien
Rasional :
1)      Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan.meningkatnya kecemasan pasien secara bertahap pasca operasi,menunjukkan melambatnya penyembuhan.
2)      Peningkatan TTV menandakan adanya peningkatan skala cemas
3)      Meningkatkan relaksasi kenyamanan dan menurunkan nyeri.
4)      Menurunkan beban atropi otot.
5)      Memblokir rangsangan lmpuls nyeri ke otak sehingga cemas tidak dipersepsikan mampu berkurang.


DAFTAR PUSTAKA


  1. Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta, EGC.
  2. Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta, CV Sagung Seto.
  3. Tucker SM. (1997). Standar Perawatan Pasien. Edisi V. Jakarta, EGC.
  4. Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta, EGC.
  5. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI.
  6. Harlatt, Petit. (1997). Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta, EGC.
  7. ACS. (2003). What is Anemia ?. Available (online) http: // www // yahoo / nurse / leucemia / htm.

FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN ANAK DAN MATERNITAS

NAMA MAHASISWA      : -
TEMPAT PRAKTIK           : RUANGAN  LONTARA IV ATAS DEPAN
                                               RS.WAHIDIN SUDIROHUSODO
                                               MAKASSAR
TANGGAL                         : 18 - 24 JANUARI 2016.

       I. BIODATA
A.    IDENTITAS KLIEN
1.      NAMA KLIEN                     :    An. “R”
2.      USIA / TANGGAL LAHIR     :  -
3.      JENIS KELAMIN                :    -
4.      AGAMA                               :    -
5.      ALAMAT                             :    -
6.      SUKU/BANGSA                 :    -
7.      STATUS PERKAWINAN   :    -
8.      PEKERJAAN                       :    -
9.      No. M.R                                :    -
10.  DIAGNOSA MEDIS           :    ANEMIA DEFISIENSI BESI
11.  TGL MASUK RS                 :    15 JANUARI 2016 (19.25)
12.  TGL PENGKAJIAN            :    18  JANUARI 2016
13.  RENCANA THERAPY       :
1. Infuse KA-EN 3B 28tpm
2. Ceftazidime 1gr/12jam/IV
3. Gentamicin 100g/12jam/IV
4. Infus NaCl 0.9% 28tpm
5. Asam folat 5gr/24jam/ol
6. Vit C 50g/12jam/ol

B.     PENANGGUNG JAWAB
1.      NAMA                                  :    Ny.” R”
2.      USIA/TANGGAL LAHIR  :    -
3.      JENIS KELAMIN                :    -
4.      PEKERJAAN                       :    -
5.      HUBUNGAN DGN KLIEN    : -
6.      No. TELP                              :    -
7.      ALAMAT                             :    -



    II. RIWAYAT KESEHATAN
A.  Riwayat kesehatan saat ini
1.   Keluhan utama       : Pucat
2.   Riwayat keluhan utama
Dialami sejak ± 10 hari yang lalu Sebelum klien masuk rumah sakit wahidin sudirohusodo pada tanggal 15 januari 2016, klien merasakan awalnya pusing dan sakit kepala yang secara terus menerus dirasakan pada gejala pertama yang lama kelamaan pasien gelisah dan lemas seakan – akan tubuh sulit digerakkan . Pasien merasa gelisah setelah sadar, tidak ada demam dirasakan klien, pada saat merasa pusing klien tidak mengeluh mual dan muntah namun tidak ada riwayat keluhan diare, riwayat muntah tidak ada namun klien merasa kurang minum air  dan awalnya dirasakan 4 hari yang lalu, klien tidak merasa nyeri dada, tidak ada riwayat klien kejang selama sakit dan tidak terdapat tanda kuning pada badan klien. Selama dilakukan perawatan manual individu sendiri dirasakan tidak ada perubahan yang berarti maka klien dan keluarga memutuskan untuk dirujuk di rumah sakit wahidin sudirohusodo pada tanggal 15 januari 2016 untuk dilakukan tindakan kontroling perawatan lebih lanjut.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 18 januari 2016 klien mengeluh dehidrasi dan mulut terasa kering, sudah pernah melakukan tranfusi darah sebanyak 4 kantong darah, klien bergolongan darah O, klien mengatakan belum BAB sejak dirawat dirumah sakit, klien mengatakan warna urine kuning, haluaran urin ≥800cc, klien mengatakan nafsu makan klien menurun klien mengatakan sulit untuk beraktivitas seperti biasanya  dikarnakan rangsangan kelamahan untuk mampu berdiri agak sulit untuk dilakukan klien. selama dirumah sakit, klien sering bertanya-tanya mengenai kondisi yang dialaminya. Klien merasa cemas dengan kondisi yang dialaminya saat ini ende hal yang memperberat klien apabila klien melakukan mobilitas dan hal yang mampu meringankan nyeri pada klien apabila klien beristirahat.
B.  Riwayat kesehatan yang lalu
1.      Pre Natal Care
a.     Pemeriksaan Kehamilan          : 4 kali
b.    Keluhan Ibu selama hamil       : Mual muntah
c.     Riwayat terkena sinar –X       : Tidak pernah
d.    Kenaikan BB selama hamil     : Ibu lupa.
e.     Golongan darah ibu (O),
f.     golongan darah ayah  (A)
2.      Intra natal
a.       Tempat Melahirkan     : Rumah Sakit
b.      Jenis persalinan           : Normal
c.       Penolong persalinan    : Dokter
3.      Post natal
a.       Kondisi bayi                                        : BBL 3 KG, PBL:ibu’ Lupa
b.      Penyakit yang pernah diderita                        : Demam,Diare.
c.       Kecelakaan yang dialami                    : tidak pernah.
d.      Riwayat Alergi                                    : Makanan (-), obat (-).

C.  Riwayat kesehatan keluarga
GENOGRAM THREE GENERATION


?

?

?

?
          



29

35









34







17
 





                                                                                                              















Keterangan:
                         : 


Laki – laki                                                : meninggal
                         : perempuan                                                : klien
                 ?      : Usia tidak diketahui                                 : tinggal serumah

Kesimpulan:
G1: 
-    kakek dan nenek dari ayah dan ibu klien telah meninggal.
-    Umur kakek dan nenek tidak diketahui secara pasti.
-    Tidak ada penyakit yang dialami kakek dan nenek klien.
-    Tidak ada hubungan yang terkait dengan penyakit yang diderita oleh klien.
G2:
-    Tidak ada anggota saudara baik ibu dan ayah klien yang menderita penyakit yang sama pada klien.
-    Tidak ada penyakit keturunan dalam keluarga dan tidak ada penyakit menular.
-    Saudara saudari klien masih dalam usia yg produktife
-    Saudara klien  tahun belum meninggal.
G3:
-    Klien belum pernah mengalami kecelakaan/trauma.
-    Klien belum pernah melakukan tindakan operatif.
-    Klien  Tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.
-    Anak kandung klien sudah dalam usia produktif.

D. Riwayat Imunisasi
No
Jenis Imunisasi
Waktu Pemberian
Reaksi SetelahPemberian
1
BCG
1bulan
Demam
2
DPT(I,II,III)
1,2,3, bulan

3
Polio (I,II,III,IV)
2,3,4,5 bulan

4
Campak
9 bulan
Demam
5
Hepatitis B
1,2,3 bulan

6
Lain-lain



E.  Riwayat Tumbuh Kembang
Pertumbuhan Fisik
1.      BB Lahir:3000 gr
2.      BB Sekarang: 38 kg
3.      TB/PB :165 cm.

F.   Riwayat Nutrisi
a.       Pemberian ASI:
1.      Pertama kali diberi ASI          : sejak baru lahir
2.      Cara pemberian susu               : ibu menyusui
3.      Lama pemberian                      : 1 - 6 bulan.
b.      Pemberian Susu Tambahan          
1.      Susu tambahan            : Susu Formula SGM
2.      Cara pemberian           : pemakaian Dot.

G. Riwayat  Psikososial
1.      Anak tinggal bersama orang tuanya
2.      Lingkungan : Bersih
3.      Hubungan antara anggota keluarga Harmonis
4.      Pengasuh anak: orang tua.

H. Riwayat Spiritual
1.      Orang tua selalu memberikan dukungan dan didikan pada anaknya.
2.      Ketaatan klien beribadah : sebelum klien masuk rumah sakit klien
                                            Sering sholat setiap hari.
3.      Dukungan keluarga         : klien mendapatkan dukungan dari keluarga
                                                  Melalui doa dan bantuan dalam perawatan
3.      Ritual yang biasa dijalankan: ibadah sholat keluarga.

I.    Reaksi Hospitalisasi
Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
Keluarga kuatir tentang keadaan anaknya.

AKTIVITAS SEHARI – HARI

A.    nutrisi
No.
kondisi
Sebelum sakit
Saat sakit

Nutrisi
 Selera makan
Menu makan


frekuensi

jenis makanan



kesulitan


tindakan


1
Baik/teratur
   Nafsu makan teratur
2
1 porsi /sekali makan
1 porsi, 3x sehari dihabiskan.
3
3x sehari
3x sehari

4

nasi, sayur, daging

Bubur, nasi, sayur, sup ikan
5
Tidak ada
Nafsu makan teratur..
6
mandiri
Dibantu

B. cairan
No.
Kondisi
Sebelum sakit
Saat sakit
1
Jenis minuman
Air putih , Susu.
Air putih, teh, susu
2
Frekuensi minum
Setiap saat kebutuhan
Setiap saat
3
kesulitan
Tidak ada
Tidak Ada kesulitan
4
tindakan
Mandiri
Dibantu


C.    eliminasi
No.
Kondisi (BAB)
Sebelum sakit
Saat sakit
1
tempat
WC
Toilet umum RS
2
Frekuensi
2 atau 3x/hari
Belum pernah BAB
3
konsistensi
Lunak
-
4
Kesulitan
Tidak ada
 -
5
Tindakan
Mandiri
-

No.
Kondisi (BAK)
Sebelum sakit
Saat sakit
1
tempat
Toilet
Toilet Rs
2
Frekuensi
Tidak menentu
≥800cc
3
Warna
Putih
Kuning.
4
Bau
Amoniak
Khas/ amoniak
5
kesulitan
Tidak ada
 ada Hambatan mobilitas.

D.    Istirahat tidur
No.
Istirahat tidur
Sebelum sakit
Saat sakit
1
siang
2  jam (13.00 -15.00)
3 jam (13.00 – 16.00)
2
malam
8 jam (21.00 – 05.00)
8 – 9 jam.
No.
Kebiasaan sebelum tidur
Sebelum sakit
Saat sakit
1
tindakan
Ceritra dengan keluarga
Ceritra dengan keluarga
2
Kesulitan tidur
Tidak ada
Nyeri perut
3
Tempat
Kamar tidur
Ruang L4AD
(Anak).









E.     Aktivitas
No.
aktivitas
Sebelum sakit
Saat sakit
1
program
Pekerjaan sekolah dirumah, pekerjaan ringan dirumah.
Belum pernah melakukan aktifitas
2

Setiap hari
Belum pernah melakukan.

F.     Personal hygiene
No.
Personal hygiene
Sebelum sakit
Saat sakit
1
mandi
frekuensi
tempat


2
1x/hari
1x/3hari
3
Kamar mandi
Toilet umum RS
4
Cuci rambut
Frekuensi
cara


5
2x sehari
-
6
Menggunakan sabun.
-
7
perawatan kuku/F:C
1x/4minggu

Belum pernah

alat
Gunting kuku
8
Gosok gigi
1x/hari
1x/ hari


 III.PEMERIKSAAN FISIK.
A.    Keadaan umum klien           : sakit sedang.
1.      GCS 15                          : E4 M6 V5
B.     Tanda – tanda vital (TTV)
A.    Keadaan umum: sakit sedang
B.     Tanda-tanda vital:
·         Tekanan darah       :100/60
·         Suhu                      :36,80C
·         Nadi                      :104x/mnt.
·         Respirasi                :22x/menit
C.     Antropometri
·         Tinggi badan         :165 cm
·         Berat badan           :38 kg
·         Lingkar kepala      :56 cm
·         Lingkar dada         :55 cm
·         Lingkar perut        :59 cm.
.
C.     Sistem pernapasan
1.      Hidung
Inspeksi  : bentuk hidung simetris, tidak ada polip atau massa, tidak ada secret pada rongga hidung klien. Klien pula mengatakan dapat merasakan bau.
Palpasi : klien mengatakan tidak ada nyeri tekan frontalis, maxillaries, massa tumor tidak ada.
2.      Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid pada leher klien, dapat berotasi baik fleksi dan ekstensi.
Palpasi    : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid pada leher klien
                  Tidak ada Massa tumor.


3.      Dada/thorax
Inspeksi :  ukuran (anterior, posterior,transversal) simetris kiri dan kanan.
Palpasi    :  tidak ada massa dan tumor pada bagian dada klien.
                  Tidak ada retraksi gerakan dada
                        Tidak ada tampilan gerakan otot bantu pernapasan pd klien
                        Suara nafas: vesikuler.
D.    System kardiovaskular jantung.
1.      Inspeksi
Konjungtiva anemis menunjukkan adanya tanda dehidrasi, mukosa bibir sedikit pucat/kering, arteri karotis lemah dan vena jugularis meninggi.
2.      Palpasi
Tidak ada nyeri di bagian dada pada saat bernafas, tidak terdapat tumor pada bagian dada klien.
3.      Auskultasi :
pola atau suara jantung
S1: terletak di ICS 4 & 5 Kiri (area trikuspidal ventrikuler dipersepsikan dengan bunyi “LUB”.
S2:    terletak di ICS 1&2 kiri (pulmonal) dan dibagian kanan (aorta). Dipersepsikan dengan bunyi “DUB”.
Paru – paru
Inspeksi : pola nafas resspirasi rate
Perkusi  : bunyi lapang paru (tympany)
Auskultasi: suara nafas vesikuler
E.     System pencernaan
1.      Mulut
Inspeksi : GIGI: Caries dentist.
                 Gusi : tidak ada perdarahan pada gusi pasien.
                 Lidah: lembab , wrna merah muda keputihan
                 Palatum: tidak memiliki lesi pada pasien
                 Tonsil    : tidak ada pembesaran tonsil atau riwayat tonsillitis
                 Kerongkongan : klien tidak ada nyeri rangsangan menelan.
2.      Gaster
Inspeksi  : warna kulit sawo matang tidak terdapat luka.
Palpasi    : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : gerakan peristaltic bising usus 12x/menit.
3.      Abdomen
       Inspeksi  : warna kulit sawo matang pada bagian perut klien
      Auskultasi: peristaltic bising usus 10x/menit.
      Perkusi     : tympani
Palpasi      : tidak terdapat nyeri tekan abdomen.
F.      Sistem indera
1.      Mata
Inspeksi  :  Lapang pandang 180 , tidak terdapat gangguan visual pada mata klien, reflex pupil (isokor) mengecil apabila dibias cahaya.
2.      Hidung
Inspeksi  :  klien mengatakan hidung klien dapat membedakan bau ( misalnya bau minyak kayu putih dan bau feses.
                  Tidak terdapat riwayat mimisan pada klien. Tidak terdapat secret yang menghalangi penciuman.
Palpasi    :  tidak terdapat nyeri tekan Os. Nasalis (tulang hidung).
3.      Telinga
Inspeksi  :  simetris kiri dan kanan
                  Tidak ada sumbatan meatus acusticus externus (MAE)
                  Kanal auditorius bersih
                  Tidak ada gangguan pendengaran pada kedua telinga klien
Palpasi    :  tidak terdapat massa pada telinga klien
                  Tidak terdapat nyeri tekan pada kedua daun telinga klien


G.    Sistem saraf
1.      Fungsi serebral
a.       Status mental orientasi normal.
Dapat mengingat dan mengetahui benda yang pernah dia miliki, mengingat bagaimana rasa dari buah jeruk dank lien mampu mengingat anggota keluarga klien.
b.      Kesadaran klien
1)      Eyes :  visus sentralis jauh maupun dekat.
Pasien mampu membuka mata secara spontan apabila perawat datang dalam ruang perawatan dengan skor 4.
2)      Motorik response
Pasien mampu menuruti perintah tanpa ada reaksi nyeri apabila pasien langsung disuruh untuk mengangkat tangan dengan skor 6.
3)      Verbal response
            Baik dan tidak ada disorientasi pada klien
Dapat merespon percakapan dengan baik dan tahu di lokasi mana ia berada saat ini dengan skor 5.
c.       Bicara dengan klien
Percakapan responsive penggunaan bahasa daerah dengan bahasa Indonesia baik, tidak ada disorientasi.
2.      Fungsi cranial.
1)      Nervus I (olvactorius) : fungsi penciuman baik dimana klien
dapat membedakan bau teh dan rasa jeruk.
2)      Nervus II (Optikus)    : visus sentralis jauh maupun dekat
                                dengan lapang pandang 180
3)      Nervus III,IV,dan VI (Okulomotorius , troklearis dan abdusen)
                                      Reaksi pupil mengecil terhadap bias cahaya. Gerakan bola mata 6 arah.

4)      Nervus v (trigeminus).
Sensorik :  dapat merasakan rangsangan pada kaki, wajah  
                       Didepan reflex , kornea (+)
Motorik  :  otot massiter dan temporal (+) saat klien mengunyah.
5)      Nervus VII (Facialis)
Sensorik :  dapat merasakan rasa manis, asam dan asin pada                                      anterior lidah.
Otonom  :  ada lakrimalis dan salvias bila dirangsang
Motorik  : klien dapat tersenyum, klien dapat mengangkat als.
6)      Nervus VIII (Vestibulo cocklearis).
Sensorik  : tidak terdapat gangguan keseimbangan
Pendengaran: fungsi penginderaan baik, dapat mendengar 
                       bisikan dengan jarak 3 meter.
7)      Nervus IX (Glossofaringeus)
Sensorik   : klien dapat merasakan pahit pada  posterior
                     Lidah.
Motorik    : tidak terdapat nyeri pada saat menelan.
8)      Nervus XI (Assesoris).
Motorik    : posisi lidah simetris, tidak ada deviasi gerakan
                  lidah, lidah dapat dijulurkan dan digerakkan
                  kekiri dan ke kanan sambil diberi tahanan.
3.      Fungsi motorik
a.       Tonus otot tidak bergerak aktif
b.      Kekuatan otot
4.      Fungsi sensorik : klien dapat merasakan nyeri, suhu panas dingin dan
                             Rabaan.

5.      Reflex
      Bisep      :  +
      Trisep     :  +
      Patella    :  +
      Babinsky:  -
H.    System musculoskeletal.
1.      Kepala
     Inspeksi   : bentuk messochepal.
                        Pergerakan dapat fleksi dan ekstensi.
     Palpasi     :  tidak ada nyeri tekan.
2.      Vertebra                    
Pergerakan baik , tidak ada tanda- tanda bahwa klien skoliosis
3.      Lutut
  Inspeksi   :  tidak terdapat pembengkakan pada lutut maupun tanda adanya tumor.
  Palpasi     :  tidak ada nyeri tekan pada kaki klien
4.      Kaki
     Ispeksi     :  tidak terdapat pembengkakan pada area persendian
     Palpasi     :  terdapat nyeri tekan pada bagian betis.
5.      Tangan
      Inspeksi  :  terdapat udem pada bagian tangan kiri.
                        Pergerakan lengan klien sedang
                        Terpasang infuse RL 28tpm pada bagian tangan kanan
                        Kekuatan otot
Palpasi       adanya nyeri tekan pada udem di bagian lengan. Bekas lokasi pemasangan infuse



I.       Sistem integument
Rambut : warna hitam, tidak mudah rontok
Kulit  : Sawo matang, Suhu: 36,8           , kulit sedikit lembab dikarenakan keringat. Turgor kulit normal.
Kuku  : CRT kurang lebih 2 detik, tidak terdapat clubbing ferger, tidak terdapat adanya tanda – tanda sianosis.
J.       Sistem endokrin.
Tidak terdapat pembesaran pada kelenjar tiroid.
Eksresi urine tidak berlebihan
Keringat berlebih pada klien menunjukan adanya tanda – tanda dehidrasi.
K.    System perkemihan
      Tidak ada riwayat kencing batu. Tidak Terpasang kateter urine haluaran urine >800cc
L.     System reproduksi
Klien tidak dapat dikaji karena klien merasa tidak bersedia untuk dilakukan pengkajian.
M.   System imun
Klien mengatakan tidak ada alergi pada makanan ,
Klien merasa tidak memiliki ketergantungan pada obat-obatan.
Tidak terdapat tanda bahwa penyakit yang dialaminya berhubungan dengan cuaca.
Klien melakukan transfuse darah sebanyak 4 kantong darah dengan golongan darah O dilakukan sejak 5 hari sebelumnya.
N.    Therapy saat ini
Infuse KA-EN 3B 28Tpm
Infuse dextrose 5% 28 tpm.
Infuse NaCl 0.9% 28tpm.
Gentamicin 100g/12Jam/IV
Ceftazidime 1gr/12jam/IV
Vit. C 50gr/12jam/ol
O.    Tindakan:
1.      Dilakukan tindakan pemasangan infuse
2.      Injeksi obat sesuai jadwaal dan resep dokter.
3.      Melakukan health education mengenai kesehatan dan kondisi pasien
4.      Melakukan pemberian obat oral sesuai jadwal.
5.      Memantau perkembangan vital sign.
6.      Mengatur jadwal pola tidur.













                
                        


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Flag Counter

Flag Counter

Pages

Follow