Sabtu, 10 Desember 2022

Laporan Pendahuluan Askep Ileus Obstruktif

 


LAPORAN PENDAHULUAN


KONSEP MEDIS
A.    DEFINISI
Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai, merupakan 60--70% dari seluruh kasus akut abdomen yang bukan appendicitis akuta.


Penyebab yang paling sering dari obstruksi ileus adalah adhesi/ streng, sedangkan diketahui bahwa operasi abdominalis dan operasi obstetri-ginekologik makin sering dilaksanakan yang terutama didukung oleh kemajuan di bidang diagnostik kelainan abdominalis.
Obstruksi ileus adalah Suatu Penyumbatan Mekanis Pada Usus merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau mengganggu jalannya isi usus. Obstruksi ileus adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. Obstruksi ileus juga merupakan kerusakan komplet atau parsial aliran ke depan dari usus. Kebanyakan terjadi pada usus halus khususnya di ileum, segmen paling sempit.
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru mengenai usus halus.Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.
  Ileus obstruktif adalah suatu penyumbatan mekanis pada usus dimana merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau menganggu jalannya isi usus (Sabara, 2007).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa obstruksi usus adalah sumbatan total atau parsial yang menghalangi aliran normal melalui saluran pencernaan atau gangguan usus disepanjang usus. Sedangkan Ileus obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik.

B.     ETIOLOGI
Adapun penyebab dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis obstruksi usus, yaitu:
1.      Mekanis: Terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari tekanan pada usus, contohnya adalah intrasusepsi, tumor dan neoplasma, stenosis, striktur, perlekatan, hernia dan abses.
a.       Adhesi, sebagai perlengketan fibrosa (jaringan ikat) yang abnormal di antara permukaan peritoneum yang berdekatan, baik antar peritoneum viseral maupun antara peritoneum viseral dengan parietal
b.      Hernia, terjebaknya bagian usus pada lubang abnormal.
c.       Karsinoma, tumor yang ada dalam dinding usus meluas ke lumen usus, atau tumor diluar usus mendesak dinding usus.
2.      Fungsional: Muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang usus (Brunner and Suddarth).
a.       Massa makanan yang tidak dicerna.
b.      Sekumpulan cacing
c.       Tinja yang keras.
d.      Volvulus, terplintir atau memutarnya usus.
e.       Intussusception, masuknya satu segmen usus kedalam usus itu sendiri.

C.    PATOFISIOLOGI.
Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan terenggang oleh cairan dan gas (70 % dari gas yang tertelan) akibat penekanan intralumen menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen usus kedarah. Sekitar 8 liter cairan diekskresi kedalam saluran cerna setiap hari, karena tidak adanya absorpsi mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan merupakan sumber utama kehilangan cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang ekstra sel yang mengakibatkan syok hipotensi. Pengaruh curah jantung, pengurangan perfusi jaringan dan asidosis metabolic. Efek local peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrotik, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri kedalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik. Kehilangan sodium dan ion-ion klorida menyebabkan keluarnya potassium dari sel, mengakibatkan alkalosis hipovolemik.
Menurut Susan C Smeltzer & Brenda G. Bare (2002), akumulasi isi usus, cairan, dan gas terjadi didaerah diatas usus yang mengalami obstruksi. Distensi dan retensi cairan mengurangi absorpsi cairan dan merangsang lebih banyak sekresi cairan lambung. Dengan peningkatan distensi, tekanan darah lumen usus meningkat, menyebabkan penurunan tekanan kapiler vena dan arteriola. Pada gilirannya hal ini akan menyebabkan edema, kongesti, nekrosis, dan akhirnya rupture atau perforasi. Muntah refluk dapat terjadi akibat distensi abdomen.

D.    MANIFESTASI KLINIS
Susan Martin Tucker (1998), menemukan bahwa tanda dan gejala dari ileus obstruktif adalah :
1.       Obstruksi Usus Halus
a.       Mual
b.       Muntah pada awal mengandung makanan tak dicerna, selanjutnya muntah air dan mengandung empedu, hitam dan fekal.
c.       Nyeri seperti kram pada perut, disertai kembung, nyerinya bisa berat dan menetap
d.      Demam sering terjadi, terutama bila dinding usus mengalami perforasi. Perforasi dengan cepat dapat menyebabkan peradangan dan infeksi yang berat serta menyebabkan syok
e.       Obstipasi dapat terjadi terutama pada obstrusi komplit.
f.       Abdominal distention.
g.       Tidak adanya flatus.
2.       Obstruksi Usus Besar
a.       Distensi berat.
b.      Nyeri biasanya terasa didaerah epigastrium, nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya iskemi atau peritonitis.
c.       Konstipasi dan obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplet.
d.      Muntah fekal laten.
e.       Dehidrasi laten.
f.       Penyumbatan total menyebabkan sembelit yang parah, sementara penyumbatan sebagian menyebabkan diare.
Manifestasi Klinik Laparatomi:
1.       Nyeri tekan.
2.       Perubahan tekanan darah, nadi dan pernafasan.
3.       Kelemahan.
4.       Gangguan integumuen dan jaringan subkutan.
5.       Konstipasi.
6.       Mual dan muntah, anoreksia.

E.     KOMPLIKASI
a.       Ketidakseimbangan elektrolit, akibat dari lumen usus yang tersumbat, secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70 % gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan aliran air dan natrium dari lumen usus kedarah. Oleh karena itu sekitar delapan liter cairan diekskresi kedalam saluran cerna setiap hari, tidak ada absorpsi mengakibatkan penimbunan intra lumen dengan cepat. muntah dan penyedotan usus
b.      Asidosis metabolic.
c.        Perforasi, akibat dari terlalu tingginya tekanan intra lumen.
d.      Syok, akibat dari kehilangan cairan yang berlebih kedalam lumen usus dan kehilangan cairan menuju ruang peritoneum setelah terjadi perforasi.

F.     PENATALAKSANAAN
Dengan laparoskopi, sayatan kecil (pemotongan) akan dilakukan pada perut.  Kolostomi: kolostomi adalah prosedur untuk membuat stoma (pembukaan) antara usus dan dinding perut. Ini mungkin dilakukan sebelum memiliki operasi untuk menghapus usus yang tersumbat. Kolostomi dapat digunakan untuk menghilangkan udara atau cairan dari usus. Hal ini juga dapat membantu memeriksa kondisi perawatan sebelum operasi. Dengan kolostomi, tinja keluar dari stoma ke dalam kantong tertutup. Tinja mungkin berair, tergantung pada bagian mana dari usus besar digunakan untuk kolostomi tersebut. Stoma mungkin ditutup beberapa hari setelah operasi usus setelah sembuh.
1.      Stent: stent adalah suatu tabung logam kecil yang memperluas daerah usus yang tersumbat. Dengan Menyisipkan stent ke dalam usus menggunakan ruang lingkup (tabung, panjang ditekuk tipis). Stent dapat membuka usus untuk membiarkan udara dan makanan lewat. Menggunakan stent juga untuk membantu mengurangi gejala sebelum operasi.
Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit, menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus kembali normal.
a.       Obstruksi Usus Halus
Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau nasogastrik bermamfaat dalam mayoritas kasus obstruksi usus halus.Apabila usus tersumbat secara lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan tindakan pembedahan, sebelum pembedahan, terapi intra vena diperlukan untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit (natrium, klorida dan kalium). Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung penyebab obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia dan perlengketan. Tindakan pembedahannya adalah herniotomi.
b.      Obstruksi Usus Besar
Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara bedah yang dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk terhadap pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi. Tindakan lain yang biasa dilakukan adalah reseksi bedah utntuk mengangkat lesi penyebab obstruksi. Kolostomi sementara dan permanen mungkin diperlukan..

G.    Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain:
1.      Pemeriksaan sinar x: Untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau cairan dalam usus.
2.      Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma dan kemungkinan infeksi.
3.      Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa obstruksi usus. Obstruksi mekanis usus halus ditandai oleh udara dalam usus halus, tetapi tidak ada gas dalam usus. Bila foto fokus tidak memberi kesimpulan, dilakukan radiogram barium untuk mengetahui tempat obstruksi (Brunner and Suddarth, 2001, hal 1121).




KONSEP KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
1.      Aktivitas dan istirahat
Gejala :
Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia, tidak tidur. Merasa gelisah dan ansietas. Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit. kelemahan dan/atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misal nyeri, ansietas, berkeringat malam.
Tanda : kesulitan ambulasi
2.      Sirkulasi
Tanda :
Takikardia (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri). Kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K). Tekanan darah hipotensi(tanda syok), termasuk postural. Kulit/membran mukosa : turgor buruk, kering, bibir pecah-pecah (dehidrasi/malnutrisi).
3.      Integritas ego
a.    Gejala :
Ansietas, ketakutan misalnya : perasaan tak berdaya/tak ada harapan. Faktor stress akut/kronis misalnya: hubungan dengan keluarga dan pekerjan, pengobatan yang mahal.
b.   Tanda :
Menolak, perhatian menyempit, depresi.
4.      Neurosensori
a.    Gejala : 
gangguan pendengaran dan penghidu, adanya pusing, sinkope
5.      Pernapasan:
a.       Gejala:
Pada pemeriksaan penunjang dapat terlihat adanya sumbatan seperti massa.
6.      Makanan dan cairan
a.    Gejala :
Penurunan lemak, tonus otot dan turgor kulit buruk. Membran mukosa bibir pucat; luka, inflamasi rongga mulut. Intake kurang adekuat akibat lesi.
b.   Tanda :
 Penurunan berat badan, tidak toleran terhadap diit/sensitive; buah segar/sayur, produk susu, makanan berlemak.
7.      Hygiene
a.    Tanda       :
Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri. Stomatitis menunjukan kekurangan vitamin. Bau badan.
8.      Nyeri dan kenyamanan
a.    Gejala ;
Nyeri/nyeri tekan pada perawatan ganti verban (mungkin hilang dengan defekasi), titik nyeri berpindah, nyeri tekan (atritis). nyeri terjadi pada bagian nasofaring, terasa panas.
b.   Tanda :
Nyeri tekan pada bagian wajah OS. Nasal, superaorbital, maxilla.

9.      Keamanan
a.    Gejala ;
Peningkatan suhu 39-40°Celcius (eksaserbasi akut). Penglihatan kabur akibat hematom neurologik, alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine kedalam usus dan mempunyai efek inflamasi).
b.   Tanda :
Lesi kulit mungkin ada misalnya : eritema nodusum (meningkat, nyeri tekan, kemerahan dan membengkak) pada tangan, muka; pioderma ganggrenosa (lesi tekan purulen/lepuh dengan batas keunguan) pada paha, kaki dan mata kaki.
10.  Seksualitas
a.    Gejala :
Frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual.
11.  Interaksi social
Gejala : Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi. Ketidak mampuan aktif dalam sosial.
12.   Pemeriksaan fisik
a.       Inspeksi : Pada bagian wajah kemerahan, terdapat luka akibat goresan vulnus dan  tidak terlihat pada wajah epistaksis.
b.      Palpasi : nyeri tekan supraorbital akibat open rewind, selain itu terasa nyeri apabila ditekan.
a.       Diagnostik Test
·         Pemeriksaan sinar X: akan menunjukkan kuantitas abnormal dari gas dan cairan dalam usus.
·          Pemeriksaan simtologi
·         Hb dan PCV: meningkat akibat dehidrasi
·          Leukosit: normal atau sedikit meningkat
·         Ureum dan eletrolit: ureum meningkat, Na+ dan Cl‑  rendah
·          Rontgen toraks: diafragma meninggi akibat distensi abdomen
·         Rontgen abdomen dalam posisi telentang: mencari penyebab (batu empedu, volvulus, hernia)
  Sigmoidoskopi: menunjukkan tempat obstruktif.


DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan ileus obstruktif:
a.       Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraabdomen
b.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak adekuat
c.       Gangguan istirahat tidur berhubngan dengan REM menurun akibat nyeri.
d.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh akibat obstruksi



PERENCANAAN/INTERVENSI

1.      Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intraabdomen.
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
Hasil   : wajah klien tidak meringis lagi
Skala nyeri 2(0-10)
Intervensi
1)      Kaji keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas.
2)      Pantau tanda-tanda vital.
3)      Ajarkan pada pasien teknik nafas dalam
4)      Berikan tindakan kenyamanan misalnya masase
5)      Penatalaksanaan pemberian obat analgetik.
Rasional.
1)      Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan.meningkatnya nyeri secara bertahap pasca operasi,menunjukkan melambatnya penyembuhan.
2)      Peningkatan TTV menandakan adanya peningkatan skala nyeri
3)      Meningkatkan relaksasi kenyamanan dan menurunkan nyeri.
4)      Menurunkan ketegangan otot sehingga nyeri berkurang.
Memblokir rangsangan lmpuls nyeri ke otak sehingga nyeri tidak dipersepsikan.

2.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Hasil :  keadaan umum baik dan berat badan sesuai dengan umur.
Intervensi :
1)      Kaji pola makan klien.
2)      Jelaskan pada klien bahwa pentingnya kebutuhan nutrisi.
3)      Anjurkan pada klien untuk memakan makanan dalam keadaan hangat.
Rasional:
1)      Menentukan intake yang dikonsumsi klien sebagai dasar dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2)      Diharapkan dapat memenuhi informasi yg dibutuhkan klien.
1)      Dapat meningkatkan nafsu makan klien dengan baik.

3.      Gangguan istirahat tidur berhubngan dengan REM menurun akibat nyeri.
Tujuan : klien dapat tidur pulas dengan baik
Hasil   : 7 – 8 jam tidur perhari
Intervensi:
1)      Kaji pola tidur klien
2)      Beri posisi tidur yang nyaman pada klien.
3)      Batasi jumlah pengunjung pada jam istirahat.
4)      Anjurkan pada keluarga klien untuk menciptakan suasana tenang dan nyaman terutama bila klien sedang tidur.
Rasional:
2)      Mengetahui apakah kebutuhan istirahat tidur klien terpenuhi
3)      Untuk memberikan rasa nyaman pada klien saat tidur.
4)      Memberikan kesempatan bagi klien dan pasien lain untuk beristirahat.
1)      Mengurangi rangsangan yang mengganggu tidur klien.

4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh.
Tujuan : klien dapat beraktifitas kembali
Hasil: klien tidak merasa lemas lagi , keadaan umum baik.
Intervensi :
1)      Kaji respon klien terhadap aktivitas
2)      Instruksikan pada klien untuk menghemat energy
3)      Dekatkan peralatan yang dibutuhkan klien.
4)      Libatkan keluarga dalam mengambil kebutuhan.
5)      Anjurkan dan ajarkan pada klien untuk latihan gerak secara bertahap.
Rasional:
1)      Untuk menunjukkan respon klien terhadap aktivitas.
2)      Membantu keseimbangan antara suplay O2
3)      Agar klien mudah mengambil alat – alat yang dibutuhkan.
4)      Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan.
5)      Mencegah terjadinya artropi otot.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Flag Counter

Flag Counter

Pages

Follow