Jumat, 09 Desember 2022

Askep Osteoathritis

 


LAPORAN PENDAHULUAN

     A.  KONSEP DASAR LANSIA

           1.    Pengertian Lansia

Usia lanjut dikatakan sebagai tahap ahir perkembangan pada daur kehidupan manusia ( Budi Anna Keliat,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3),(4) No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.

            2.    Proses Menua

Pada hakekatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya yaitu masa anak, masa dewasa dan masa tua (Nugroho, 1992). Tiga tahap ini berbeda baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemuduran secara fisik maupun psikis. Kemunduran fisik ditandai dengan kulit yang mengendor, rambut memutih, penurunan pendengaran, penglihatan memburuk, gerakan lambat, kelainan berbagai fungsi organ vital, sensitivitas emosional meningkat dan kurang gairah.

Meskipun secara alamiah terjadi penurunan fungsi berbagai organ, tetapi tidak harus menimbulkan penyakit oleh karenanya usia lanjut harus sehat. Sehat dalam hal ini diartikan:

           a.    Bebas dari penyakit fisik, mental dan sosial,

           b.    Mampu melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – hari,

           c.    Mendapat dukungan secara sosial dari keluarga dan masyarakat

       3.    Klasifikasi Lansia

            a.    Pralansia, Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

            b.    Lansia, Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih

         c.    Lansia resiko tinggi, Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih / seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan ( Depkes RI, 2003)

d.       d.  Lansia potensial, Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang / jasa ( Depkes RI, 2003)

            e.    Lansia tidak potensial, Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain ( Depkes RI,2003)

            f.     Menurut WHO

                  Menurut oraganisasi kesehatan dunia (WHO), lanjut usia meliputi:

                  1)   Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.

                  2)   Lanjut usia (elderly) antara 60 – 74 tahun.

                  3)   Lanjut usia tua (old) antara 75 – 90 tahun.

                  4)   Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

            4.      Karakteristik Lansia

                 Menurut Anna Budi Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:

                  a.       Berusia lebih dari 60 tahun ( sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan)

                 b.        Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan

                     biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif.

               c.     Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

    KONSEP MEDIS

     A.  DEFINISI

Osteoartritis (OA, dikenal juga sebagai artritis degeneratif, penyakit degeneratif sendi), adalah kondisi di mana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan yang timbul karena gesekan ujung-ujung tulang penyusun sendi. Osteoartritis  (OA)  adalah bentuk dari  arthritis  yang berhubungan dengan degenerasi tulang dan kartilago yang paling sering terjadi pada usia lanjut.

Osteoartritis, yang juga disebut dengan penyakit sendi degeneratif, artritis degeneratif, osteoartrosis, atau artritis hipertrofik, merupakan salah satu masalah kedokteran yang paling sering terjadi dan menimbulkan gejala pada orang – orang usia lanjut maupun setengah baya. Terjadi pada orang dari segala etnis, lebih sering mengenai wanita, dan merupakan penyebab tersering disabilitas  jangka panjang pada pasien dengan usia  lebih dari 65 tahun. Lebih dari sepertiga  orang  dengan  usia  lebih  dari  45  tahun  mengeluhkan  gejala  persendian  yang bervariasi mulai sensasi kekakuan sendi tertentu dan rasa nyeri intermiten yang berhubungan dengan aktivitas, sampai kelumpuhan anggota gerak dan nyeri hebat yang menetap,  biasanya dirasakan akibat deformitas dan ketidakstabilan sendi.

Degenerasi sendi yang menyebabkan sindrom klinis osteoartritis muncul paling sering pada sendi tangan, kaki, panggul, dan spine, meskipun dapat terjadi pada sendi synovial mana pun. Prevalensi kerusakan sendi synovial ini meningkat dengan bertambahnya usia. Pada sendi, suatu jaringan tulang rawan yang biasa disebut dengan nama kartilago biasanya menutup ujung-ujung tulang penyusun sendi. Suatu lapisan cairan yang disebut cairan sinovial terletak di antara tulang-tulang tersebut dan bertindak sebagai bahan pelumas yang mencegah ujung-ujung tulang tersebut bergesekan dan saling mengikis satu sama lain.

Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer, C Suzanne, 2002 hal .1087). Osteoartritis merupakan golongan rematik sebagai penyebab kecacatan yang menduduki urutan pertama dan akan meningkat dengan meningkatnya usia, penyakit ini jarang ditemui pada usia di bawah 46 tahun tetapi lebih sering dijumpai pada usia di atas 60 tahun. Faktor umur dan jenis kelamin menunjukkan adanya perbedaan frekuensi (Sunarto, 1994, Solomon, 1997).

Sedangkan menurut Harry Isbagio & A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan kelainan sendi non inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan hialin rawan, jaringan sub kondrial dan jaringan tulang yang membentuk persendian. (R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999).

Osteoarthritis (OA) atau penyakit degenerasi sendi ialah suatu penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat yang tidak diketahui penyebabnya, meskipun terdapat beberapa factor resiko yang berperan. Keadaan ini berkaitan dengan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang mananggung beban dan secara klinis ditandai oleh nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan hambatan gerak.


B.  ETIOLOGI
1.    Umur
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
2.    Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis osteoartritis.

3.    Pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya.

4.    Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan. 

5.    Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik   sendi tersebut.

6.    Keturunan
Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan pada pria yang kedua orangtuanya terkenosteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena. 

7.    Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-sel radang.

8.    Joint Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi.

9.    Penyakit endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun. 

10.     Deposit pada rawan sendi
 Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat  mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi.

C.  PATOFISIOLOGI
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur pada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. ( Soeparman ,1995).

D.  MANIFESTASI KLINIS.
1.    Rasa nyeri pada sendi
Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik.
2.    Kekakuan dan keterbatasan gerak
Biasanya akan berlangsung 15 - 30 menit dan timbul setelah istirahat atau saat memulai kegiatan fisik.
3.    Peradangan
Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri.
4.    Mekanik
Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya.
5.    Pembengkakan Sendi
Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan.
6.    Deformitas
Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi.
7.    Gangguan Fungsi
Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi.

E.  KOMPLIKASI
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat obat anti inflamasi non-steroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (desease modifying antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis rheumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga sukar dibedakan akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan myelopati akibat ketidakstabilan vertebra vertical dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

F.   PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.    Darah tepi
a.    Leukosit: normal atau meningkat (<12.000/mm3). Leukosit menurun bila terdapat splenomegali; keadaain ini dikenal sebagai Felty’s syndrome.
b.    Anemia normositer atau mikrositer, tipe penyakit kronis.
2.    Pemeriksaan Sero-imunologi
a.    Rheumatoid factor + (IgM) - 75% penderita; 95% + pada penderita dengan nodul subkutan.
b.    Anti CCP antibodies positif telah dapat ditemukan pada AR dini.
c.    Antinuclear antibodies positif (10%-50% penderita) dengan titer yang lebih rendah dibandingkan dengan Lupus Eritematosus Sistemik.
d.   Anti-DNA antibodies negative.
e.    Peningkatan CRP, fibrinogen dan laju endap darah, menggambarkan aktivitas penyakit.
f.     Meningkatnya kadar alpha1 dan alpha2 globulin sebagai acute phase reactans.
g.    Meningkatnya kadar γ-gobulin menggambarkan kenaikan/akselerasi dari katabolisme protein pada penyakit kronis.
h.    Kadar komplemen serum normal; menurunnya kadar komplemen dapat terjadi pada keadaan penyakit dengan gejala ekstra artikular yang berat seperti vaskulitis.
i.      Adanya circulating immune comlexes – serta ditemukan pada penyakit dengan manifestasi sistemik.
3.    Pemerikasaan Gambaran Radiologik
Pada awal penyakit tidak ditemukan, tetapi setelah sendi mengalami kerusakan yang berat dapat terlihat penyempitan ruang sendi karena hilangnya rawan sendi. Terjadi erosi tulang pada tepi sendi dan penurunan densitas tulang. Perubahan ini sifatnya tidak reversibel. Secara radiologik didapati adanya tanda-tanda dekalsifikasi (sekurang-kurangnya) pada sendi yang terkena.

G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang mungkin dapat dilakukan pada lansia yang terkena osteoatritis antara lain:
1.    Obat obatan
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon steroid bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses patologis osteoartritis.

2.    Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit. Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk (pronatio).

3.    Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.

4.    Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.

5.    Persoalan Seksual
Gangguan seksual dapat dijumpai pada pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut. Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien enggan mengutarakannya.

6.    Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin dan mandi dari pancuran panas.
Program latihan bertujuan untuk memperbaiki gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar sendi osteoartritis. Latihan isometric lebih baik dari pada isotonic karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot tersebut adalah penting.

7.    Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan kerusakan sendi yang nyata dengan nyeri yang menetap dan kelemahan fungsi. Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan sendi, pebersihan osteofit.
Tindakan preventif:
1.    Pencegahan cedera
2.    Screening sendi paha
3.    Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja
4.    Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul
5.    Terapi konservatifkompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alat- alat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi.
6.    Irigasi tidal (pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik,
7.    Dukungan psikososial, diperlukan pasien osteoartritis oleh karena sifatnya yang menahun dan ketidakmampuan yang ditimbulkannya.


KONSEP KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN

1.    Aktivitas/istirahat

Gejala :

nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stress dengan sendi, kekakuan senda pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan simetris.

Tanda :

malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau kelainan pada sendi dan otot.

2.    Kardiovaskuler

Gejala :

fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten, sianotik kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.


3.    Integritas ego

Gejala :

factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor hubungan social, keputusan dan ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri missal ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh.


4.    Makanan / cairan

Gejala :

ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan atau cairan adekuat : mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.

Tanda :

penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.


5.     Hygiene

Gejala :

berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara mandiri, ketergantungan pada orang lain.


6.    Neurosensory

Gejala :

kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.

Tanda : pembengkakan sendi simetri.


7.     Nyeri/kenyamanan

Gejala :

fase akut dari nyeri (disertai / tidak disertai pembengkakan jaringan lunak pada sendi), rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pada pagi hari).


8.    Keamanan

Gejala :

kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam ringan menetap, kekeringan pada mata, dan membrane mukosa.


9.    Interaksi social

Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran, isolasi



DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan :

1.    Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi

2.    Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan gangguan musculoskletal.

3.    Difisit perawatan diri berhubungan dengan terbatasnya gerakan sendi

4.    Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang.

5.    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik.

6.    Difisiensi pengetahuan berhubungan dengan kondisi prognosis dan kebutuhan pengobatan sehubungan dengan kurangnya informasi.


PERENCANAAN/ INTERVENSI


1.    Nyeri akut/kronis berhubungan dengan inflamasi


Tujuan & Kriteria Hasil

Intervensi

Pasien akan :

1.    Menunjukkan tingkat kenyamanan.

2.    Dapat mengendalikan nyeri

3.    Dapat melaporkan karakteristik nyeri.


1.    Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10).

2.    Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan  tempat tidur sesuai kebutuhan.

3.    Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau duduk di kursi. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi

4.    Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak.

5.    Anjurkan pasien untuk mandi air hangat . Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari.

6.    Berikan masase yang lembut.

7.    Kolaborasi Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.


2.    Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan gangguan musculoskletal.

Tujuan & Kriteria Hasil

Intervensi

Pasien akan :

1.    Melakukan aktifitas kehidupan sehari-hari secara mandiri dengan alat bantu

2.    Memperlihatkan mobilitas

1.    berikan terapi latihan fisik : ambulasi, keseimbangan, mobilitas sendi, pengendalian otoT Bantu dan dorong perawatan diri


3.    Difisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan moskuluskeletal.

Tujuan & kriteria hasil

Intervensi

Pasien akan :

1.    Menunjukkan perawatan diri dan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari

1.    Bantu perawatan diri pasien : mandi/hygiene

2.    Bantu pemenuhan eliminasi pasien


4.     Resiko cidera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang

Tujuan & kriteria hasil

Intervensi

Pasien akan :

1.      Pasien dan keluarga dapat mempersiapkan lingkungan yang aman.

2.      Pasien dan keluarga dapat menghindari cidera fisik.

3.      Dapat memodofikasi gaya hidup untuk mengurangi resiko

1.      Menejemen lingkungan: pantau lingkungan fisik untuk memfasilitasi keamanan.

2.      Berikan bimbingan dan pengalaman belajar tentang kesehatan individu yang kondusif.

3.      Identifikasi faktor resiko potensial terjadinya cidera.


5.    Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik.


Tujuan & kriteria hasil

Intervensi

Pasien  akan :

1.      Menunjukkan adaptasi dengan ketunadayaan fisik, penyesuaian psikososial.

2.      Menunjukkan citra tubuh positif dan harga diri positif.

3.      Menunjukkan kepuasan terhadap penampilan dan fungsi tubuh.

4.      Menunjukkan keinginan untuk menyentuh bagian tubuh yang mengalami gangguan


1.      Diskusikan persepsi pasien tentang keadaan tubuh pasien.

2.      Dorong pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stresor atau ancaman yang menghambat peran hidup.

3.      Diskusikan dengan pasien tentang faktor resiko potensial dan memprioritaskan strategi menurunkan resiko.

4.      Dorong pasien terhadap peningkatkan penilaian personal terhadap harga diri.

5.      Kolaborasi

6.      Rujuk pada konseling psikiatri

7.      Berikan obat-obatan sesuai petunjuk




DAFTAR PUSTAKA


Smeltzer C. Suzannne, (2002 ), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.

Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern,(2012), Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC, Jakarta, EGC

Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made Kariasa, dkk. (2001), Jakarta, EGC.

Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.

Prince, Sylvia Anderson, 2000., Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit., Ed. 4, EGC, Jakarta.


PENGKAJIAN KEPERAWAAN GERONTIK

Nama Mahasiswa  : -         Tanggal Pengkajian : 02 Mei 2016
NIM                      : -                     Ruang                    : Asrama V

I.               Data Demografi
1.     Nama klien               : Tn. “R”
2.     Umur                                    : - tahun
3.     Jenis kelamin                        : -
4.     Alamat                       : -
5.     Suku                           -
6.     Agama                       : -
7.     Jumlah keturunan
-         Anak : -
-         Cucu : -

II.            Riwayat hidup
a.     Pasangan
-         Hidup : klien tidak berkeluarga.
b.    Kematian
-         Tahun meninggal           : -
-         Penyebab kematian : -
c.     Anak-anak
-         Hidup:  klien tidak memiliki anak
-         Meninggal : -
III.        Riwayat pekerjaan
a.      Status pekerjaan saat ini                  Tidak ada
b.     Pekerjaan sebelumnya                    : sebelum masuk panti klien tak punya pekerjaan.
c.      Sumber pendapatan saat ini                       Tidak ada



IV.         Riwayat aktivitas waktu luang
a.      Hobi/ minat                                    : -
b.     Keanggotaan organisasi      : -
c.      Liburan                                : -

V.             Sistem pelayanan kesehatan yang digunakan :
Poli klinik di PSTW

VI.         Pengkajian
A.   Fisik
Wawancara
§  Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya:
-     Klien sulit mengungkapkan perasaan tentang kesehatannya saat ini dikarenakan klien sudah tidak mampu lagi untuk merespon sebuah pertanyaan.
§  Klien sudah tidak mampu melakukan aktivitas diluar berhubung dengan penurunan status kesehatannya.
§  Klien masih mampu melakukan perawatan diri secara mandiri dan harus membutuhkan pendampingan oleh perawat untuk membimbing.
§  Kekuatan fisik pada lanjut usia mengalami penurunan seperti penurunan kekuatan otot, sendi, dan juga mengalami penurunan fungsi pendengaran.
§  Kebiasaan makan dan minum
-         Intake cairan : ± 2500 cc/24 jam
-         Jenis cairan : air putih,
-         Diet khusus : -
§  Kebiasaan istirahat tidur
-         Jam tidur malam: 21.00 – 05.00 (8jam)
-         Kebiasaan sebelum tidur: -
-         Jam tidur siang:14.00-16.00
§  Kebiasaan buang air besar dan kecil
-         Frekuensi buang air besar: 1x/hari
-         Klien tidak mengalami kesulitan dengan buang air besar
-         Frekuensi buang air kecil: 6x/hari
-         Konsistensi cair dan bau amoniak
-         Klien mengatakan tidak ada keluhan dengan buang air kecil
§  Klien menggatakan mengalami penurunan status kesehatan dan kemampuan untuk melakukan aktivitas yang berat, sudah tidak seperti saat masih muda.

B.             Riwayat Keluarga (genogram 3 generasi)
 


GI
 


GII

GIII

                                                                             
Keterangan :
GI
:
Kedua orang tua dari klien telah meninggal dunia tanpa diketahui penyebabnya
GII
:
Klien adalah anak ke 2 dari 2 bersaudara saat ini klien sedang menderita Osteo atritis
GIII
:
Klien tdk memiliki keturunan sebab klien tinggal dengan orang lain yang tidak memiliki hubungan keluarga

C.   Tinjauan Sistem
a.     Status vitalis
-         BP                        : 120/60 mmHg
-         HR           : 74 x / menit
-         T              : 36,6°C
-         RR            : 20 x / menit
-         Berat badan    : 27kg
-         Tinggi badan  : 140cm

b.     Status Generalis
-         Hemoptoe              Klien tidak pernah mengalami batuk darah
-         Perdarahan/ memar :  Tidak ada perdarahan yang dialami oleh klien
-         Anemia : Klien tidak pernah memiliki penyakit anemia
-         Riwayat transfusi darah : Klien mengatakan tidak pernah menjalani tranfusi darah.

c.      Kepala :
-         Sakit kepala : klien mengatakan sakit kepala
-         Trauma berarti pada masa lalu :  Klien mengatakan tidak  pernah mengalami trauma pada kepala pada masa lalu
-         Gatal pada kulit kepala : Klien mengalami gatal-gatal pada kulit kepala

d.     Leher :
-         Kekakuan : Klien mengatakan tidak mengalami kekakuan pada leher
-         Nyeri/ nyeri tekan : Tidak ada Nyeri tekan
-         Benjolan/ massa : tidak teraba adanya benjolan/massa dibagian leher
-         Keterbatasan gerak : Klien tidak memiliki keterbatasan gerak

e.      Mata :
-         Perubahan penglihatan : klien mengatakan penglihatan kabur. Jarak pandang diperkirakan 3meter.
-         Kacamata : klien tidak menggunakan kacamata
-         Nyeri : klien mengatakan mengalami nyeri pada bagian mata sebelah kanan maupun mata sebelah kiri.
-         Air mata berlebih : klien pernah mengeluarkan air mata berlebih
-         Bengkak sekitar mata : tidak ada pembengkakan pada mata sebelah kanan maupan mata sebelah kiri (kelainan).
-         Fotofobia : tidak
-         Riwayat infeksi : klien pernah memiliki riwayat infeksi
-         Tgl pemeriksaan terakhir : tidak pernah
-         Dampak pd aktivitas sehari-hari : klien sering menggosok matanya apabila gatal – gatal dan kadangkala membengkak pada kantung mata.

f.       Telinga :
-         Perubahan pendengaran : Klien mengatakan pendengarannya sudah mulai menurun
-         Tinitus : Klien mengatakan tidak adanya suara berdering atau bergemuruh didalam telinga
-         Vertigo : Tidak ada
-         Sensitivitas pendengaran : Klien tidak mengalami sensitivitas pendengaran
-         Alat bantu prostesa : Klien mengatakan tidak pernah menggunakan alat  bantu pendengaran
-         Riwayat infeksi : Klien tidak pernah mengalami infeksi dibagian telinga
                       
g.     Mulut & tenggorokan :
-         Sakit tenggorokan : Klien mengatakan tidak sakit tenggorokan
-         Lesi/ ulkus : Tidak ada
-         Perubahan suara : Klien mengatakan tidak mengalami perubahan suara.
-         Kesulitan menelan : Klien mengatakan tidak mengalami kesulitan menelan baik ketika makan maupun pada saat minum.
-         Perdarahan gusi : Klien mengatakan tidak mengalami perdarahan gusi
-         Karies/ tanggal gigi : Klien mengalami karies gigi, gigi klien sudah banyak yang tanggal.
-         Alat prostesa : Tidak ada
-         Riwayat infeksi : Klien tidak mengalami riwayat infeksi
-           Tgl pemeriksaan gigi terakhir : klien tidak pernah melakukan pemeriksaan gigi.
-         Menggosok gigi : Klien mengatakan tidak pernah menggosok gigi

h.     Hidung & sinus :
-         Rinorhea : Tidak ada
-         Epistaksis : Tidak ada
-         Obstruksi : Tidak ada obstruksi atau sumbatan di hidung klien
-         Mendengkur : Klien mengatakan tidak mendengkur pada saat tidur, tapi sering batuk di malam hari.
-         Nyeri tekan pada area sinus : Tidak ada nyeri pada area sinus
-         Alergi : Klien tidak mengalami alergi pada hidung dan sinus
-         Riwayat infeksi :tidak ada riwayat infeksi

i.       Payudara :
-            Benjolan/ massa        : Tidak ada benjolan atau massa pada kedua payudara klien
-             Nyeri/ nyeri tekan  : Tidak ada nyeri tekan pada kedua             payudara
-             Bengkak                      : Tidak ada pembengkakan pada   kedua payudara
-             Keluar cairan dari putting susu       Tidak ada .
-             Perubahan pada putting susu                      Tidak ada.
                       
j.       Kardiovaskular :
-           Nyeri/ ketidaknyamanan dada : Klien mengatakan tidak           pernah mengalami nyeri dibagian dada
-         Palpitasi : Tidak ada
-         Dispnea : Klien mengatakan tidak pernah sesak napas
-         Dispnea saat aktivitas : Tidak ada
-         Dispnea nocturnal paroksismal : Tidak ada
-         BJ tambahan : Tidak ada bunyi jantung tambahan
-         Edema : Tidak ada edema
-         Varises : Tidak ada pembuluh vena yang melebar
-         Parestesia : Tidak ada
-         Perubahan warna kaki : Tidak ada perubahan warna kaki

k.    Pernapasan :
-         Batuk : Kien tidak mengalami batuk-batuk
-         Dispnea : Klien tidak dispnea (sesak napas)
-         Sputum : Tidak ada
-         Bunyi napas tambahan : Tidak ada
-         Asma/ alergi : Tidak ada




l.       Gastro intestinal :
-         Disfagia : Tidak ada
-         Nyeri ulu hati : Klien pernah mengalami nyeri ulu hati
-         Mual/ muntah : Tidak ada mual muntah
-         Hematemesis : Klien tidak pernah mengalami muntah darah.berupa muntahan  yang merah terang atau coklat kehitaman dengan gambaran seperti “ampas kopi”
-         Perubahan nafsu makan : Klien mengatakan nafsu makan tidak berkurang
-           Intoleransi makanan : Tidak ada
-         Ulkus : Tidak ada
-         Nyeri : Tidak ada
-         Ikterik : Tidak ada
-           Benjolan/ massa : Tidak ada benjolan atau massa pada gastro intestinal (saluran pencernaan)
-         Perubahan kebiasaan defekasi : Tidak ada perubahan pada BAB
-         Diare : Kien tidak mengalami diare
-           Konstipasi : Klien tidak ada masalah atau konstipasi pada saat BAB
-         Melena :Tidak ada Pada saat BAB klien tidak mengeluarkan darah
-           Haemorhoid : Tidak ada. Klien mengatakan tidak pernah mengalami pelebaran pembuluh darah vena dibagian anus.
-         Perdarahan rectum : Tidak ada perdarahan pada rektum

m.   Perkemihan :
-           Disuria : Klien tidak ada kelainan atau perubahan dalam BAK atau BAK dengan sedikit-sedikit
-         Ragu-ragu : Tidak ada ragu-ragu bila klien BAK
-         Heamturia : Tidak ada
-         Poliuria : Tidak ada
-         Nokturia : Klien tidak ada atau sering BAK pada malam hari
-            Inkontinensia: Klien tidak ada masalah dalam hal menahan atau mengendalikan pengeluaran urine
-           Nyeri saat berkemih : Klien mengatakan tidak ada nyeri pada saat berkemih (BAK)
-         Batu : Tidak ada batu pada saat klien BAK
-         Infeksi : Tidak ada

n.     Genitoreproduksi:
-         Perdarahan pasca senggama (perempuan) : Tidak dikaji
-         Nyeri pervagina (perempuan) : Tidak ada
-         Penyakit kelamin : Klien tidak memiliki penyakit kelamin

o.      Muskuloskeletal :
Ø  Nyeri persendian : Klien mengatakan nyeri ekstremitas kiri dan kanan terutama pada bagian persendian.
Ø  Klien mengalami bungkuk pada usianya yang ke 76thun.
Ø  Kekakuan : Klien mengatakan kaku pada ekstremitas kiri
Ø  Pembengkakan sendi : Tdk nampak adanya pembengkakan pada lutut kiri klien
Ø  Deformitas : Tidak ada kelainan bentuk tulang, namun klien mengalami skoliosis
Ø  Spasme : Tidak ada gerakan atau kontraksi otot yang mendadak
Ø  Kram : ya/ klien mengatakan kadang keram pada kaki kiri dan kanan klien
Ø  Kelemahan otot : ya/ klien mengatakan susah jalan apabila terlalu laama berdiri.
Ø  Masalah cara berjalan : tidak ada masalah saat berjalan.
Ø  Nyeri punggung : Klien mengatakan mengalami nyeri punggung
Ø  Latihan/ olahraga : Klien tidak pernah olahraga
Ø  Dampak pada aktivitas sehari-hari : Klien jarang bersosialisasi dengan lansia di asrama lain karna bahasa yang digunakan klien bahasa bugis dan klien gk mau berinteraksi dengan orang lain.

p.     Endokrin :
-         Goiter : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
-         Pigmentasi kulit/ tekstur : Tidak ada perubahan warna kulit,namun kulit sudah kendur.
-         Perubahan rambut : Rambut klien berwarna putih rambut klien sudah tidak panjang (botak)
-         Polifagia : Tidak ada rasa nyeri yang akut dan kekakuan pada leher,bahu,lengan serta paha khususnya di pagi hari.
-         Polidpsia : Klien tidak mengalami rasa haus yang berlebihan
-         Poliuria : Klien tidak pernah mengalami pengeluaran urine dalam jumlah yang banyak

q.     Saraf pusat :
-         Sakit kepala : ada, berupa gatal gatal pada kulit.
-         Kejang        : Klien mengatakan tidak pernah mengalami kejang
-         Sinkope/ heart attack : Tidak pernah
-         Paralisis : Klien mengatakan tidak mengalami hilangnya gerakan atau fungsi sensorik pada suatu bagian tubuh.
-         Paresis : Tidak ada
-         Masalah koordinasi : Tidak ada masalah dalam hal koordinasi bila dipanggil klien langsung merespon.
-         Tic/ tremor/ spasme : Klien tidak ada gerak gemetaran diluar kehendak pada bagian tubuh.
-         Parestesia : Tidak ada rasa kesemutan yang dialami oleh klien
-         Cedera kepala :  Tidak ada
-         Masalah memori : sedang.



r.      Psikososial :
-         Cemas    Klien tak mampu mengekspresikan rasa cemas klien sehingga sulit diketahui perasaannya.
-         Depresi    : Tidak ada.
-         Insomnia : Tidak ada kesulitan tidur dan klien tidur dengan nyenyak.
-         Menangis : Tidak ada.
-         Gugup : Klien memiliki afek datar dan tidak gugup dengan orang lain.
-         Takut : Klien tidak takut dengan orang lain
-         Masalah dalam pengambilan keputusan : Tidak ada masalah
-         Mekanisme koping yang digunakan jika ada masalah : Baik, jika ada masalah klien akan berdoa. Klien mengatakan bahwa bila ia berdoa ia akan merasa tenang
-         Stress saat ini : Klien sedikit mengalami stress
-         Persepsi tentang kematian : Klien mengatakan bahwa kematian merupakan sesuatu yang akan dialami oleh semua orang, jadi tidak usah terlalu takut.


KLASIFIKASI DATA
(CP IA)
NAMA PASIEN      : Ny “R
NO. RM                    : 615
RUANG                   : asrama V

DS
DO
Ø Klien mengatakan nyeri ekstremitas Kanan dan kiri terutama pada bagian persendian akibat kaku duduk
Ø Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk yang bersifat hilang timbul dengan durasi 2-3 menit
Ø Klien mengatakan nyeri yang dirasakan akan bertambah apa bila klien banyak bergerak
Ø Klien mengatakan tidak dapat beraktivitas secara optimal karena badannya terasa kaku dan sulit untuk digerakkan
Ø Klien mengatakan sulit untuk melakukan mobilitas
Ø Nyeri skala sedang 5 (skala 0-10)
Ø Ekspresi wajah meringis
Ø Klien tampak membatasi pergerakannya
Ø Terdapat nyeri tekan pada ekstremitas kanan
Ø TTV :
-       BP        : 120/60 mmHg
-       HR       : 74 x / menit
-       T          : 36,6°C
-       RR       : 20 x / menit
Ø klien lebih banyak menghabiskan waktu ditempat duduk apabila pada pagi hari.
Ø Ekstremitas bawah bagian kanan sedikit kaku




ANALISA DATA
(CP IB)
NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
1.   

























2.   
DS:
Ø Klien mengatakan nyeri ekstremitas Kanan dan kiri terutama pada bagian persendian akibat kaku duduk
Ø Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk yang bersifat hilang timbul dengan durasi 2-3 menit.

Ø Klien mengatakan nyeri yang dirasakan akan bertambah apa bila klien banyak bergerak

DO:
Ø Nyeri skala sedang  5 (skala 0-10)
Ø Ekspresi wajah meringis
Ø Klien tampak membatasi pergerakannya
Ø Terdapat nyeri tekan pada ekstremitas kiri
Ø TTV :
-       BP        : 120/60 mmHg
-       HR       : 74 x / menit
-       T          : 36,6°C
-       RR       : 20 x / menit


DS:
Ø Klien mengatakan tidak dapat beraktivitas secara optimal karena klien merasa kaku duduk dan sulit untuk digerakkan

Ø Klien mengatakan susah berjalan semenjak kaki kiri klien terjepit lemari ± 3 bulan yang lalu

Ø Klien mengatakan nyeri yang dirasakan akan bertambah apa bila klien banyak bergerak
DO :
Ø Klien tampak hanya bisa merangkak saat melakukan aktivitas.
Ø klien lebih banyak menghabiskan waktu ditempat tidur
Ø Ekstremitas bawah bagian kiri kaku

Trauma pada kartilago eksternal/ ekstrinsik
Ø Fraktur
Ø Rupture ligament
Internal/intrinsik

Perubahan metabolisme sendi

Kerusakan pada membran sendi dan cairan synovial

Perubahan fungsi sendi

Nyeri












Perubahan metabolisme sendi
 

Energi berkurang

Kelemahan otot/ Nyeri

Keterbatasan gerak

Hambatan mobilitas fisik
Nyeri

























Hambatan mobilitas fisik








DIAGNOSA KEPERAWATAN
(CP II)

No
Diagnosa Keperawatan
Tanggal ditemukan
Tanggal teratasi
1
Nyeri berhubungan dengan trauma pada kartilago internal

02 Mei 2016
-
2
Hambatan mobilitas fisik  berhubungan dengan Kelemahan otot, rangsangan nyeri
02 Mei 2016
-













RENCANA KEPERAWATAN
(CP 3)
NO
NDX & DATA PENUNJANG
TUJUAN
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
1

























































2




















Nyeri b/d trauma pada kartilago internal
DS:
Ø Klien mengatakan nyeri ekstremitas Kanan dan kiri terutama pada bagian persendian akibat kaku duduk

Ø Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk yang bersifat hilang timbul dengan durasi 2-3 menit
Ø Klien mengatakan nyeri yang dirasakan akan bertambah apa bila klien banyak bergerak

DO:
Ø Nyeri skala sedang  5 (skala 0-10)
Ø Ekspresi wajah meringis
Ø Klien tampak membatasi pergerakannya
Ø Terdapat nyeri tekan pada ekstremitas kiri
Ø TTV :
-       BP        : 120/60 mmHg
-       HR       : 74 x / menit
-       T          : 36,6°C
-       RR       : 20 x / menit


Hambatan mobilitas fisik b/d Kelemahan otot, Nyeri
DS:
Ø Klien mengatakan tidak dapat beraktivitas secara optimal karena kaki kirinya terasa kaku dan sulit untuk digerakkan.

Ø Klien mengatakan sulit untuk melakukan mobilitas .
Ø Klien mengatakan nyeri yang dirasakan akan bertambah apa bila klien banyak bergerak
DO :
Ø Klien tampak hanya bisa merangkak saat melakukan aktivitas
Ø klien lebih banyak menghabiskan waktu ditempat tidur
Ø Ekstremitas bawah bagian kiri kaku
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3-5 hari klien dapat mengatakan nyeri berkurang atau  terkontrol dengan kriteria hasil :
-     Klien mengatakan nyeri berkuran
-     skala Nyeri 0(0-10)
-     Ekspresi wajah ceria
-     TTV : dalam batas Normal
TD: 120 / 60-130 / 80 mmHg
N : 60 –100x/ i
P :18  - 24x/i
S : 36,5–37,5 0C

























Klien dapat melakukan mobilitas secara optimal
1.  Kaji keluhan nyeri, lokasi dan karakteristik termasuk skala nyeri (skala 0-10)

2.  Observasi TTV




3.  Berikan kompres hangat pada area yang nyeri


4.  Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase





5.  Ajarkan dan Anjurkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam) bila muncul rasa nyeri



6.  Penatalaksanaan pemberikan analgetik sesuai program pengobatan















1.   Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas

2.   Latihan ROM aktif dan pasif






3.   Letakkan kebutuhan klien ada ditempat yang mudah dijangkau klien




1.     mempengaruhi pilihan / pengawasan keefektifan intervensi.

2.   nyeri dapat mempengaruhi perubahan TTV

3.   Dapat meningkatakan rasa nyaman dan mengurangi sensasi nyeri.

4.   meningkatkan sirkulasi umum dan menurunkan area tekanan lokal dan kelelahan otot.

5.   Nafas dalam dapat meningkatkan oksigenasi jaringan




6.   Analgetik bekerja langsung pada pusat nyeri dan memblokir rangsangan nyeri














1.   Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan informasi mengenai pemulihan


2.  Latihan fisik dapat membantu dalam meningkatkan mobolitas sendi, meningkatkan mobilitas dan meningkatkan aktivitas sendi serta Menghindari kontraktur dan atropi

3.  Agar klien  dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri



 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI I
(CP 4 – CP 5)
NO.DX
TANGGAL/JAM
IMPLEMENTASI
EVALUASI
1
02 Mei 2016
08.30









08.45







08.50





08.53


1.      Mengkaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10). Catat factor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
Hasil :
-          Klien mengatakan nyeri pada kepala serta kedua lututnya
-          Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk – tusuk.
-          Skala nyeri 5 (0-10)

2.      Mengkaji TTV
Hasil :
-          Tekanan darah : 130 / 70 mmHg
-          Nadi                 : 80x/ menit
-          Suhu                 : 36,5 0 C
-          RR                    : 20 x / menit


3. Mengajarkan klien tehnik distraksi dengan
menonton tv bila nyeri yang dirasakan muncul
Hasil :
Klien mengtakan mengerti dan mengatakan akan mempraktekkan teknik yang diajarkan

4.      Menganjurkan pasien untuk mandi beberapa kali sehari. Pantau air mandi
Hasil :
Klien mengatakan mau melakukan instruksi dari perawat agar mau mandi pagi.


Jam 08.30
S :
-          Klien mengatakan masih merasa nyeri pada kepala serta lututnya
-          Klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti tertusuk - tusuk

O :
-          Ekspresi wajah meringis
-          Klien nampak sering capek apabila berdiri dan selalu duduk.
     
A : Masalah  nyeri belum teratasi
P  : Lanjutkan Intervensi
-      Mengkaji keluhan nyeri, dan intensitas nyeri
-      Melakukan observasi TTV
-      Mengajarkan pada klien tehnik relaksasi apabila klien merasa capek.
-      Anjurkan pada klien untuk mandi.
2
08.58






09.00





09.05




1.      Mengkaji kemampuan dan kelemahan  secara fungsional .
Hasil :
Klien sulit melakukan pekerjaan rumah secara mandiri, seperti: cuci pakaian sendiri namun klien masih mampu untuk merawat kamarnya.

2.   Menjelaskan pada klien tentang proses dan manfaat latihan bagi tubuh untuk sering melakukan mobilitas
Hasil :
Klien memahami penjelasan yang diberikan

3.      Mengajarkan dan demonstrasikan latihan ROM aktif/pasif
Hasil :
Klien bisa melakukan latihan gerakan yang ringan saja.

.

Jam 08.58
S :  
-    Klien mengatakan masih lututnya masih terasa sakit bila terlalu lama bergerak
-       Klien mengatakan lutut

O : 
-       Klien dapat mendemonstrasikan latihan ROM aktif / pasif yang diajarkan
A : Masalah belum teratasi
P  :Pertahankan intervensi (1,2,3,4,5)
-  Mengkaji kemampuan dan kelemahan  secara fungsional .
-  Mengkaji derajat mobilisasi klien dengan mengguna kan skala ketergantungan ( 0-4) atau dengan skala tingkat kemandirian.
-  Menjelaskan pada klien tentang proses penuan dan manfaat latihan bagi tubuh.
-  Mengajarkan dan demonstrasikan laithan ROM aktif/pasif.
-  Mengajarkan klien tehnik relaksasi.






IMPLEMENTASI DAN EVALUASI II
(CP 4 – 5)
1.
03 Mei 2016
08.00





08.12






08.18




08.20
1)      Mengkaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10). Catat factor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
Hasil : Klien mengatakan masih nyeri di kepala serta lututnya dengan skala nyeri (4)

2)      Mengkaji TTV
Hasil :
-          TD      :  130/70 mmHg
-          Nadi   :  78 x/menit        
-          Suhu  :  36°C
-          RR      :  18x/ menit.

3) Mengajarkan klien tehnik relaksasi misalnya duduk di luar kamar atau jalan – jalan.
Hasil :
Klien mau mengikuti apa yang telah dianjurkan.

4)      Menganjurkan pasien untuk mandi pada waktu bangun.pantau air mandi
Hasil :
Klien mengatakan akan melakukan anjuran perawat.

jam 08.00
S :
-          Klien mengatakan nyeri dilututnya sudah sedikit berkurang dengan skala ringan (3)

O :
-           Ekspresi wajah rileks
-          TTV :
·         TD     : 130 /70mmhg
·         Nadi   : 78 x menit
·         Suhu   : 36 0 C
·         RR      : 18 x / menit
     
A : Masalah  nyeri belum teratasi (nyeri)

P  : Lanjutkan Intervensi
-      Mengkaji keluhan nyeri, dan intensitas nyeri
-      Melakukan observasi TTV
-      Mengajarkan pada klien tehnik relaksasi apabila klien merasa capek.
-      Anjurkan pada klien untuk mandi


2.
08.25





08.30
1.   Mengkaji kemampuan dan kelemahan  secara fungsional.
Hasil : Klien sulit melakukan pekerjaan rumah secara mandiri, seperti: cuci pakaian sendiri namun klien masih mampu untuk merawat kamarnya
2.   Mengajarkan dan demonstrasikan latihan ROM aktif/pasif 
Hasil : Klien bisa melakukan latihan gerakan yang ringan saja seperti latihan ROM pada tangan, kaki dan jari tangan.

Jam 08.25
S :  
-    Klien mengatakan masih merasakan kaku pada persendiannya tapi tidak seperti kemarin
O : 
-      Klien masih terbatas dalam melakukan aktivitas
-      Lutut  klien masih tampak kaku duduk dan berdiri.
A : Masalah belum teratasi ( hambatan mobilitas fisik.
P :lanjutkan intervensi
·      Menjelaskan pada klien tentang proses penuan dan manfaat latihan bagi tubuh.
·     Mengajarkan dan demonstrasikan laithan ROM aktif/pasif 
IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN III
(CP 4 dan CP 5)
1.
04 Mei 2016
07.45




07.50





08.00










1.      Mengkaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10). Catat factor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
Hasil : Klien mengatakan nyeri dilututnya sudah sedikit berkurang dengan skala Ringan (4)
2.      Mengkaji TTV
Hasil :
-          TD      :  130/80 mmHg
-          Nadi   :  8x/menit        
-          Suhu  :  36°C
-          RR      :  18x/ menit
3.  Menganjurkan pasien untuk mandi pada waktu bangun. Pantau, air mandi
Hasil :
Klien mengatakan akan melakukan anjuran dari perawat.


jam 07.45
S :
-          Klien mengatakan nyeri dilututnya sudah sedikit berkurang dengan skala ringan (3)

O :
-           Ekspresi wajah rileks
-          TTV :
·         TD     : 130 /80mmhg
·         Nadi   : 80 x menit
·         Suhu   : 36 0 C
·         RR      : 18 x / menit
     
A : Masalah  nyeri belum teratasi (nyeri)

P  : Lanjutkan Intervensi.
-      Mengkaji keluhan nyeri, dan intensitas nyeri
-      Melakukan observasi TTV
-      Mengajarkan pada klien tehnik relaksasi apabila klien merasa capek.
-      Anjurkan pada klien untuk mandi

2.
09.30





09.45

1.    Mengkaji kemampuan dan kelemahan  secara fungsional.
Hasil : Klien sulit melakukan pekerjaan rumah secara mandiri, seperti: cuci pakaian sendiri namun klien masih mampu untuk merawat kamarnya.
2.    Mengajarkan dan demonstrasikan latihan ROM aktif/pasif 
Hasil : Klien bisa melakukan latihan gerakan yang ringan saja seperti latihan ROM pada tangan, kaki dan jari tangan.
Jam 09.30
S :  
-    Klien mengatakan masih merasakan kaku pada persendiannya tapi tidak seperti kemarin
O : 
-      Klien masih terbatas dalam melakukan aktivitas
-      Lutut klien masih tampak kaku
A : Masalah belum teratasi
P :Pertahankan intervensi
·      Menjelaskan pada klien tentang proses penuan dan manfaat latihan bagi tubuh.
·     Mengajarkan dan demonstrasikan laithan ROM aktif/pasif 



IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN IV
1.
05    Mei 2016
07.35




07.50





07.55
1.      Mengkaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10). Catat factor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
Hasil : Klien mengatakan nyeri dilututnya sudah sedikit berkurang dengan skala ringan (3)
2.      Mengkaji TTV
 Hasil :
-          TD      :  130/80 mmHg
-          Nadi   :  76 x/menit        
-          Suhu  :  36°C
-          RR      :  20x/ menit
3.          Menganjurkan pasien untuk mandi pada waktu bangun. Pantau air mandi
Hasil :
Klien mengatakan akan melakukan anjuran dari perawat dengan melakukan mandi pagi.


jam 07.35
S :
-          Klien mengatakan nyeri dilututnya sudah sedikit berkurang dengan skala sedang (4)

O :
-           Ekspresi wajah rileks
-          TTV :
·         TD     : 130 /80mmhg
·         Nadi   : 76 x menit
·         Suhu   : 36 0 C
·         RR      : 20 x / menit
     
A : Masalah  nyeri belum teratasi (nyeri)

P  : Lanjutkan Intervensi
-      Mengkaji keluhan nyeri, dan intensitas nyeri
-      Melakukan observasi TTV
-      Mengajarkan pada klien tehnik relaksasi apabila klien merasa capek.
-      Anjurkan pada klien untuk mandi

2.
05 Mei 2016
08.30


08.45

1.      Mengkaji kemampuan dan kelemahan  secara fungsional.
Hasil : Klien sulit melakukan pekerjaan rumah secara mandiri, seperti: cuci pakaian sendiri namun klien masih mampu untuk merawat kamarnya
2.      Mengajarkan dan demonstrasikan latihan ROM aktif/pasif 
Hasil : Klien bisa melakukan latihan gerakan yang ringan saja seperti latihan ROM pada tangan, kaki dan jari tangan dengan

Jam 08.30
S :  
-    Klien mengatakan masih merasakan kaku pada persendiannya tapi tidak seperti kemarin
O : 
-      Klien masih terbatas dalam melakukan aktivitas
-      Lutut klien masih tampak kaku
A : Masalah belum teratasi
P :Pertahankan intervensi
·      Mengkaji kemampuan dan kelemahan  secara fungsional.
·     Mengajarkan dan demonstrasikan laithan ROM aktif/pasif 



IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN V
1.
06    Mei 2016
08.00




08.20





08.25
1.      Mengkaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 – 10). Catat factor-faktor yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
Hasil : Klien mengatakan nyeri dilututnya sudah sedikit berkurang dengan skala ringan (3)
2.      Mengkaji TTV
 Hasil :
-          TD      :  130/80 mmHg
-          Nadi   :  8x/menit        
-          Suhu  :  36°C
-          RR      :  20x/ menit
3.  Menganjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu bangun. Sediakan waslap hangat untuk mengompres sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi
Hasil :
Klien mengatakan akan melakukan anjuran perawat.


jam 08.00
S :
-          Klien mengatakan nyeri dilututnya sudah sedikit berkurang dengan skala ringan (3)

O :
-           Ekspresi wajah rileks
-          TTV :
·         TD     : 130 /80
·         Nadi   : 84 x menit
·         Suhu   : 36 0 C
·         RR      : 20 x / menit
     
A : Masalah  nyeri belum teratasi

P  : Lanjutkan Intervensi

2.
06 Mei 2016
08.30




08.45

1.    Mengkaji kemampuan dan kelemahan  secara fungsional.
Hasil : Klien sulit melakukan pekerjaan rumah secara mandiri, seperti: cuci pakaian sendiri namun klien masih mampu untuk merawat kamarnya
2.    Mengajarkan dan demonstrasikan latihan ROM aktif/pasif 
Hasil : Klien bisa melakukan latihan gerakan yang ringan saja seperti latihan ROM pada tangan, kaki dan jari tangan dengan

Jam 08.30
S :  
-    Klien mengatakan masih merasakan kaku pada persendiannya tapi tidak seperti kemarin
O : 
-      Klien masih terbatas dalam melakukan aktivitas
-      Lutut klien masih tampak kaku
A : Masalah belum teratasi
P :Pertahankan intervensi
·      Menjelaskan pada klien tentang proses penuan dan manfaat latihan bagi tubuh.
·     Mengajarkan dan demonstrasikan laithan ROM aktif/pasif 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Flag Counter

Flag Counter

Pages

Follow