LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Ada banyak definisi mengenai ”malaria”, di antaranya:
Malaria adalah penyakit yang dapat bersifat akut maupun kronik, disebabkan oleh protozoa genus plasmodium ditandai dengan demam, anemia, dan splenomegali.
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang menyerang dalam bentuk infeksi akut ataupuan kronis. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa genus plasmodium bentuk aseksual, yang masuk ke dalam tubuh manusia dan ditularkan oleh nyamuk Anhopeles betina. Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa italia yaitu mal = buruk dan area = udara atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat di daerah rawa – rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga mempunyai nama lain seperti demam roma, demam rawa, demam tropik, demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme ( Prabowo, 2004 )
Di dunia ini hidup sekitar 400 spesies nyamuk anopheles, tetapi hanya 60 spesies berperan sebagai vektor malaria alami. Di Indonesia, ditemukan 80 spesies nyamuk anopheles tetapi hanya 16 spesies sebagai vektor malaria ( Prabowo, 2004 ). Ciri nyamuk Anopheles. Relatif sulit membedakannya dengan jenis nyamuk lain, kecuali dengan kaca pembesar. Ciri paling menonjol yang bisa dilihat oleh mata telanjang adalah posisi waktu menggigit menungging, terjadi di malam hari, baik di dalam maupun di luar rumah, sesudah menghisap darah nyamuk istirahat di dinding dalam rumah yang gelap, lembab, di bawah meja, tempat tidur atau di bawah dan di belakang lemari.
Malaria merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh parasit dari genusPlasmodium, yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles dengan gambaran penyakit berupa demam yang sering periodik, anemia, pembesaran limpa dan berbagai kumpulan gejala oleh karena pengaruhnya pada beberapa organ misalnya otak, hati dan ginjal.
B. ETIOLOGI
Adapun penyebab dari penyakit mlaria dibagi menjadi dua bagian menurut jenis malaria, yaitu:
1. Penyebab malaria adalah dari genus plasmodium famili plasmodiidae dari orde Coccdiiae penyebab malaria di Indonesia sampai saat ini di golongkan menjadi empat plasmodium, yaitu:
a) Plasmodium Falsiparum, penyebab penyakit malaria tropika
b) Plasmodium Vivax, penyebab penyakit malaria tertiana.
c) Plasmodium Malariae, penyebab penyakit malaria kuartana.
d) Plasmodium Ovale, jenis ini jarang sekali dijumpai umumnya banyak di Afrika.
2. Masa Inkubasi
Masa inkubasi bervariasi pada setiap spesies antara 9-30 hari, gigitan nyamuk dan munculnya gejala klinis masa inkubasi dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya:
a) Plasmodium Flasiparum antara 12 hari.
b) Plasmodium Vivax antara 13-17 hari.
c) Plasmodium Ovale antara 13-17 hari.
d) Plasmodium Malariae antara 28-30 hari.
Masa inkubasi malaria juga tergantung dan intensitas infeksi, pengobatan yang sudah pernah didapat sebelumnya dan derajat imunitas penjamu. (Soegijanto,2004:6)
Plasmodium adalah parasit yang termasuk vilum Protozoa, kelas sporozoa. Terdapat empat spesies Plasmodium pada manusia yaitu : Plasmodium vivax menimbulkan malaria vivax (malaria tertiana ringan). Plasmodium falcifarum menimbulkan malaria falsifarum (malaria tertiana berat), malaria pernisiosa dan Blackwater faver. Plasmodium malariae menimbulkan malaria kuartana, dan Plasmodium ovale menimbulkan malaria ovale.
Keempat spesies plasmodium tersebut dapat dibedakan morfologinya dengan membandingkan bentuk skizon, bentuk trofozoit, bentuk gametosit yang terdapat di dalam darah perifer maupun bentuk pre-eritrositik dari skizon yang terdapat di dal am sel parenkim hati.
C. PATOFISIOLOGI.
Daur hidup spesies malaria terdiri dari fase seksual eksogen (sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksul (skizogoni) dalam badan hospes vertebra termasuk manusia.
1. Fase Aseksual
Fase aseksual terbagi atas fase jaringan dan fase eritrosit. Pada fase jaringan, sporozoit masuk dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang biak membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit. Proses ini disebut skizogoni praeritrosit. Lama fase ini berbeda untuk tiap fase. Pada akhir fase ini, skizon pecah dan merozoit keluar dan masuk aliran darah, disebut sporulasi. Pada plasmodium Vivax dan plasmodium ovale, sebagian sporozoit membentuk hipnozoit dalam hati sehingga dapat mengakibatkan relaps jangka panjang dan rekurens.
2. Fase eritrosit dimulai dan merozoit dalam darah menyerang eritrosit membentuk trofozoit. Proses berlanjut menjadi trofozoit-skizon-merozoit. Setelah 2-3 generasi merozoit dibentuk, sebagian merozoit berubah bentuk menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa prapaten, sedangkan masa tunas/inkubasi intrinsik dimulai dari masuknya sporozoit dalam badan hospes sampai timbulnya gejala klinis demam.
3. Fase Seksual
Parasit seksual masuk dalam lambung betina nyamuk. Bentuk ini mengalami pematangan menjadi mikro dam makrogametosit dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot (ookinet). Ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookosta. Bila ookosta pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar liur nyamuk.
Patogenesis malaria ada 2 cara;
a) Alami, melalui gigitan nyamuk ke tubuh manusia.
b) Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah manusia melalui transfusi, suntikan, atau pada bayi baru lahir melalui plasenta ibu yang terinfeksi (kongenital).
D. MANIFESTASI KLINIS
Pada anamnesis ditanyakan gejala penyakit dan riwayat bepergian ke daerah endemik malaria. Gejala dan tanda yang dapat ditemukan adalah:
1. Demam
Demam pada malaria ditandai dengan adanya paroksisme yang berhubungan dengan perkembangan parasit malaria dalam sel darah merah. Puncak serangan panas terjadi bersamaan dengan lepasnya merozoit – merozoit ke dalam peredaran darah (proses sporulasi) untuk bebeprapa hari pertama. Serangan demam pada malaria terdiri dari tiga :
a) Stadium dingin.
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan sangat dingin. Nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari –jari pucat kebiru – biruan (sianotik). Kulitnya kering dan pucat penderita mungkin muntah dan pada anak sering terjadi kejang. Periode ini berlangsung selama 15 menit sampai 1 jam.
b) Stadium demam.
Pada stadium ini penderita mengalami serangan demam. Muka penderita menjadi merah, kulitnya kering dan dirasakan sangat panas seperti terbakar, sakit kepala bertambah keras, dan sering disertai dengan rasa mual atau muntah – muntah. Nadi penderita menjadi kuat kembali. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu badan bisa meningkat sampai 41 0C. Stadium ini berlangsung 2- 4 jam.
c) Stadium berkeringat.
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai membasahi tempat tidur. Namun, suhu badan pada fase ini turun dengan cepat kadang – kadang sampai dibawah normal. Biasanya penderita tertidur nyenyak dan pada saat terjaga , ia merasa lemah tetapi tanpa gejala. Penderita akan merasa sehat dan dapat melakukan pekerjaan seperti biasa. Tetapi sebenarnya penyakit ini masih bersarang. Stadium inu berlangsung selama 2 - 4 jam.
2. Splenomegali
Splenomegali merupakan gejala khas malaria kronis. Limpa mengalami kongesti, menghitam, dan menjadi keras karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat yang bertambah.
3. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia karena P. Falciparum. Anemia disebabkan oleh:
a) Penghancuran eritrosit yang berlebihan.
b) Eritrosit normal tidak dapat hidup lama (reducedsurvival time).
c) Gangguan pembentukan eritrosit karena depresi eritropoesis dalam sum-sum tulang (diseritropoesis).
4. Ikterus
Ikterus disebabkan karena hemolisis dan gangguan hepar. Malaria Laten adalah masa pasien di luar masa serangan demam. Periode ini terjadi bila parasit tidak dapat ditemukan dalam darah tepi, tetapi stadium eksoeritrosit masih bertahan dalam jaringan hati.
5. Relaps
Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan pertama. Relaps dapat bersifat:
a) Relaps jangka pendek (rekrudesensi), dapat timbul 8 minggu setelah serangan pertama hilang karena parasit dalam eritrosit yang berkembang biak.
b) Relaps jangka panjang (rekurensi), dapat muncul 24 minggu atau lebih setelah serangan pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk ke darah dan berkembang biak.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi malaria umumnya disebabkan karena P.falciparum dan sering disebut pernicious manifestasions. Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala sebeumnya, dan sering terjadi pada penderita yang tidak imun seperti pada orang pendatang dan kehamilan. Komplikasi terjadi 5-10 % pada seluruh penderita yang dirawat di RS dan 20 % diantaranya merupakan kasus yang fatal.
Penderita malaria dengan kompikasi umumnya digolongkan sebagai malaria berat yang menurut WHO didefinisikan sebagai infeksi P.falciparum dengan satu atau lebih komplikasi sebagai berikut :
1. Malaria otak
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi (80%) bila dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya dimulai secara lambat atau setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan rasa ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran, kelainan saraf dan kejang-kejang bersifat fokal atau menyeluruh. Malaria serebral (coma) yang tidak disebabkan oleh penyakit lain atau lebih dari 30 menit setelah serangan kejang ; derajat penurunan kesadaran harus dilakukan penilaian berdasar GCS (Glasgow Coma Scale) ialah dibawah 7 atau equal dengan keadaan klinis soporous.
2. Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak (<> 3 mg/ dl. Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka kematian mencapai 50%. Gangguan ginjal diduga disebabkan adanya Anoksia, penurunan aliran darah keginjal, yang dikarenakan sumbatan kapiler, sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus. Anemia berat (Hb <> 10.000/ul; bila anemianya hipokromik atau miktositik harus dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi, talasemia/hemoglobinopati lainnya.
3. Edema paru
Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan. Frekuensi pernapasan meningkat. Merupakan komplikasi yang berat yang menyebabkan kematian. Biasanya disebabkan oleh kelebihan cairan dan Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
4. Hipoglikemia
Konsentrasi gula pada penderita turun.
Perdarahan spontan dari hidung atau gusi, saluran cerna dan disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi intravaskuler, Kejang berulang lebih dari 2 kali/24 jam,Makroskopik hemoglobinuri oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena obat anti malaria/kelainan eritrosit (kekurangan G-6-PD), Diagnosa post-mortem dengan ditemukannya parasit yang padat pada pembuluh kapiler pada jaringan otak.
F. PENATALAKSANAAN
1. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan & kecepatan pengobatan.
2. Pada malaria berat yang tidak ditanggulangi, maka mortalitas yang dilaporkan pada anak-anak 15 %, dewasa 20 %, dan pada kehamilan meningkat sampai 50 %.
3. Prognosis malaria berat dengan kegagalan satu fungsi organ lebih baik daripada kegagalan 2 fungsi organ.
Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Terapi ini disusul dengan pemberian primaquin 15 mg /hari selama 14 hari)
Malaria Ovale
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari). Atau mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6 jam). Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di kombinasikan dengan kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).
Malaria Falcifarum
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/ hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari.
A. Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain:
1. Pemeriksaan mikroskopis molar
Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit (plasmodium) di dalam penderita.Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target dianjurkan sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria atau ditujukan untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak dapat dilakukan. Diagnosis definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan pemeriksaan serial dengan interval antara pemeriksaan satu hari.
Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).
a) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi spesies parasit.
b) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick) dengan volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
c) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang tepat.
d) Identifikasi spesies plasmodium.
e) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan obat.
2. QBC (Semi Quantitative Buffy Coat)
Prinsip dasar: tes floresensi yaitu adanya protein pada plasmodium yang dapat mengikat acridine orange akan mengidentifikasi eritrosit terinfeksi plasmodium. QBC merupakan teknik pemeriksaan dengan menggunakan tabung kapiler dengan diameter tertentu yang dilapisi acridine orange tetapi cara ini tidak dapat membedakan spesies plasmodium dan kurang tepat sebagai instrumen hitung parasit.
3. Pemeriksaan imunoserologis
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay dan enzim immunoassay.
4. Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/ plasmodium dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.
Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesa yang tepat dari penderita tentang asal penderita apakah dari daerah endemic malaria, riwayat bepergian ke daerah malaria, riawayat pengobatan kuratif maupun preventif.
1. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosa. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negative tidak mengenyampingkan diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan hasil negative maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui :
a) Tetesan preparat darah tebal.
Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di lapangan. Ketebalan dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat dinyatakan negative bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan pembesaran 700-1000 kali tidak ditemukan parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per mikro-liter darah.
b) Tetesan preparat darah tipis.
Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan preparat darah tebal sulit ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count), dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah. Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi yang berat. Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa penderita malaria. Pengecatan dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau Leishman’s, atau Field’s dan juga Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang umum dipakai pada beberapa laboratorium dan merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang cukup baik.
2. Tes antigen : p-f test
Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus. Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari 0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah infeksi P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan hasil positif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (Rapid test).
3. Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai tekhnik indirect fluorescent antibody test. Tes ini berguna mendeteksi adanya antibody specific terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20 dinyatakan positif .Metode-metode tes serologi antara lain indirect haemagglutination test, immunoprecipitation techniques, ELISA test, radio-immunoassay.
4. Pemeriksaan PCR (polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas dan istirahat
Gejala :
Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia, tidak tidur. Merasa gelisah dan ansietas. Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit persepsi menggigil. kelemahan dan/atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misal nyeri, ansietas, berkeringat malam.
Tanda : kesulitan ambulasi
2. Sirkulasi
Tanda :
Takikardia (respon terhadap demam, dehidrasi, proses inflamasi dan nyeri). Kemerahan, area ekimosis (kekurangan vitamin K). Tekanan darah hipotensi(tanda syok), termasuk postural. Kulit/membran mukosa : turgor buruk, kering, bibir pecah-pecah (dehidrasi/malnutrisi) hipovolemia dan penurunan aliran darah.
3. Integritas ego
a. Gejala :
Ansietas, ketakutan misalnya : perasaan tak berdaya/tak ada harapan. Faktor stress akut/kronis misalnya: hubungan dengan keluarga dan pekerjan, pengobatan yang mahal.
b. Tanda :
Menolak, perhatian menyempit, depresi.
4. Neurosensori
a. Gejala : sakit kepala,gangguan pendengaran dan penghidu, adanya pusing, sinkope
5. Pernapasan:
a. Gejala:
Takipneu dengan penurunan kedalaman pernafasan.
b. Nafas pendek pada saat istirahat dan aktivitas.
6. Makanan dan cairan
a. Gejala :
Penurunan lemak, tonus otot dan turgor kulit buruk. Membran mukosa bibir pucat; luka, inflamasi rongga mulut. Intake kurang adekuat akibat lesi. Anoreksia mual - muntah
b. Tanda :
Penurunan berat badan, penurunan lemak subcutan tidak toleran terhadap diit/sensitive; buah segar/sayur, produk susu, makanan berlemak. Penurunan massa otot, penurunan haluaran urine dan konsentrasi urine.
7. Hygiene
a. Tanda :
Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri. Stomatitis menunjukan kekurangan vitamin. Bau badan.
8. Keamanan
a. Gejala ;
Peningkatan suhu 39-40°Celcius (eksaserbasi akut). Penglihatan kabur akibat hematom neurologik, alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine kedalam usus dan mempunyai efek inflamasi).
b. Tanda :
Lesi kulit mungkin ada misalnya : eritema nodusum (meningkat, nyeri tekan, kemerahan dan membengkak) pada tangan, muka; pioderma ganggrenosa (lesi tekan purulen/lepuh dengan batas keunguan) pada paha, kaki dan mata kaki.
9. Seksualitas
a. Gejala :
Frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual.
10. Interaksi social
Gejala : Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi. Ketidak mampuan aktif dalam sosial.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan malaria tropica:
a. Hipertermi berhubungan dengan efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus/ penurunan system kekebalan tubuh terhadap plasmodium.
b. Ansietas / kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
c. kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurangnya informasi mengenai penyakit malaria.
PERENCANAAN/INTERVENSI
1. Hipertermi berhubungan dengan efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus/ penurunan system kekebalan tubuh terhadap plasmodium
Tujuan : klien tidak demam lagi
Hasil : 36,5
Intervensi:
1) Kaji keadaan umum klien dan suhu tubuh klien.
2) Observasi TTV
3) Anjurkan untuk minum air putih yang banyak bila perlu.
4) Beri kompres hangat pada klien.
Rasional:
1) Untuk mengetahui keadaan umum klien dan suhu tubuh klien
2) Sebagai dasar dalam menentukan tindakan selanjutnya.
3) Mencegah terjadinya kehilangan cairan yang berlebih
4) Membantu pemindahan panas secara konduksi.
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan : rasa cemas klien berkurang atau hilang
Intervensi :
1) Kaji rasa Cemas yang mampu mempengaruhi kesehatan klien.
2) observasi vital sign.
3) Ajarkan pada pasien teknik relaksasi.
4) Berikan tindakan kenyamanan misalnya masase
5) Kolaborasi tim medis pemberian edukasi kesehatan pada pasien
Rasional :
1) Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan.meningkatnya kecemasan pasien secara bertahap pasca operasi,menunjukkan melambatnya penyembuhan.
2) Peningkatan TTV menandakan adanya peningkatan skala cemas
3) Meningkatkan relaksasi kenyamanan dan menurunkan nyeri.
4) Menurunkan beban atropi otot.
5) Memblokir rangsangan lmpuls nyeri ke otak sehingga cemas tidak dipersepsikan mampu berkurang
3. kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurangnya informasi mengenai penyakit malaria.
Tujuan: klien mampu mengetahui tentang penyakit atau kondisi yang dialaminya
Hasil: pemgetahuan dan informasi tentang penyakit klien dapat bertambah
Intervensi :
1) kaji tingkat pengetahuan pasien saat ini dan pemahaman terhadap materi.
2) Beri penjelasan pada klien tentang kondisi yang dialaminya.
3) Berikan health education bagi klien dan keluarga.
Rasional:
1) Untuk menunjukkan respon klien terhadap pengetahuan tentang penyakitnya.
2) Agar klien memahami informasi penyakit yang dialami klien.
3) Klien dan keluarga mampu mengetahui hal apa yang mampu merangsang penyakit klien
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDICAL BEDAH
NAMA MAHASISWA : -
TEMPAT PRAKTIK : RUANGAN LONTARA 1 BAWAH BELAKANG
RS.WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR
TANGGAL : 11 - 16 JANUARI 2016.
I. BIODATA
A. IDENTITAS KLIEN
1. NAMA KLIEN : Tn. “R”
2. USIA / TANGGAL LAHIR : - TAHUN/ -
3. JENIS KELAMIN : -
4. AGAMA : -
5. ALAMAT : -
6. SUKU/BANGSA : -
7. STATUS PERKAWINAN : -
8. PEKERJAAN : -
9. No. M.R : -
10. DIAGNOSA MEDIS : MALARIA TROPICANA
11. DIAGNOSA SEKUNDER :
1) HIDRONEFROSIS DEXTRA
2) TROMBOSITOPENIA.
12. TGL MASUK RS : 10 JANUARI 2016 (Jam 12.15:27)
13. TGL PENGKAJIAN : 11 JANUARI 2016.
14. RENCANA THERAPY :
1. DEXTROSE 5% 20tpm
2. OMEPRAZOLE 40Mg/12j/IV
3. ARTEMETHER 160Mg/24j/IV
4. SISTENOOL 500Mg/oral
5. PRIMAKUIN 1Tab/24j/oral
B. PENANGGUNG JAWAB
1. NAMA : Ny.” V”
2. USIA/TANGGAL LAHIR : - TAHUN / -
3. JENIS KELAMIN : -
4. PEKERJAAN : -
5. HUBUNGAN DGN KLIEN : -
6. No.telp. : -
7. ALAMAT : -
II. RIWAYAT KESEHATAN
A. Riwayat kesehatan saat ini
1. Keluhan utama : DEMAM
2. Riwayat keluhan utama
3 hari yang lalu Sebelum klien masuk rumah sakit wahidin sudirohusodo pada tanggal 10 januari 2016, klien merasakan demam pada sekujur tubuh dan merasa menggigil kedinginan serta panas, lama kelamaan pasien gelisah dengan cuaca apabila pada siang hari klien merasa panas serta lemas dan ingin tetap beristirahat dan apabila pada malam hari, klien kedinginan serta merasa pusing pada saat berjalan. Klien merasa sakit kepala apabila berjalan, namun tidak ada riwayat keluhan diare, riwayat muntah ada, Selama dilakukan perawatan manual individu sendiri dirasakan namun tidak ada perubahan yang berarti maka klien dan keluarga memutuskan untuk dirujuk di rumah sakit wahidin sudirohusodo pada tanggal 10 januari 2016 untuk dilakukan tindakan kontroling perawatan lebih lanjut.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 11 januari 2016 klien mengeluh demam dengan suhu tubuh S= 38,5 , selama dirumah sakit, klien sering bertanya-tanya mengenai kondisi yang dialaminya. Klien merasa cemas dengan kondisi yang dialaminya saat ini, hal yang memperberat klien apabila klien melakukan mobilitas dan hal yang mampu meringankan nyeri pada klien apabila klien beristirahat.
B. Riwayat kesehatan yang lalu
1. tidak ada Riwayat hipertensi pada klien.
2. Klien belum pernah melakukan tindakan operasi.
3. Adanya Riwayat penurunan berat badan.
4. Klien tidak mempunyai riwayat alergi dengan makanan.
5. Klien tidak mempunyai ketergantungan dengan obat- obatan.
III. RIWAYAT PSIKOSOSIAL
1. Pola konsep diri
a. Gambar diri : klien merasa dapat menerima kondisi yang dialaminya
b. Ideal diri : klien berharap dapat segera pulih dari kondisi penyakit yang dialaminya saat ini.
c. Harga diri : walaupun dalam keadaan sakit, klien masih dapat dihargai sebagai manusia.
d. Peran diri : klien adalah seorang suami
e. Identitas diri : klien adalah seorang suami yang membutuhkan bantuan dari orang lain.
2. Pola kognitif.
Klien sering memikirkan kondisi kesehatan dan penyakitnya, berharap cepat sembuh agar dapat berkumpul dengan keluarga seperti sedia kala klien juga ingin beraktifitas seperti biasanya.
3. Pola copying.
Dalam mengambil keputusan dilakukan secara kekeluargaan.
4. Pola interaksi.
a. Pasien mampu berbicara dengan jelas dengan dua bahasa yakni bahasa daerah dan berbahasa Indonesia.
b. Klien terlihat mampu mengekspresikan perasaannya
c. Bahasa yang digunakan sehari –hari (bahasa toraja dan Indonesia.)
d. Klien dapat berinteraksi baik dengan keluarga,perawat dan mahasiswa.
IV.RIWAYAT SPIRITUAL
1. Ketaatan klien beribadah : sebelum klien masuk rumah sakit klien sering Beribadah MISA pada hari jumat dan minggu
2. Dukungan keluarga : klien mendapatkan dukungan dari keluarga melalui doa dan bantuan dalam perawatannya.
3. Ritual yang biasa dijalankan: ibadah kebaktian keluarga.
V. PEMERIKSAAN FISIK.
A. Keadaan umum klien
1. Tanda tanda distress : klien mengeluh sakit saat nyeri hilang timbul
2. Penampilan : berpenampilan sesuai dengan usia klien.
3. Ekspresi wajah : klien terkadang tampak keletihan, lemas, dan Meringis.
4. Bicara klien : klien mampu merespon sesuai dengan yang Ditanyakan.
5. GCS 15 : E4 M6 V5
B. Tanda – tanda vital (TTV)
Tekanan darah : 130/90 mmhg
Nadi : 80x/menit
SUHU : 38,5
Pernapasan : 25x/Menit.
C. Sistem pernapasan
1. Hidung
Inspeksi : bentuk hidung simetris, tidak ada polip atau massa, tidak ada secret pada rongga hidung klien. Klien pula mengatakan dapat merasakan bau.
Palpasi : klien mengatakan tidak ada nyeri tekan frontalis, maxillaries, massa tumor tidak ada.
2. Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid pada leher klien, dapat berotasi baik fleksi dan ekstensi.
Palpasi : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid pada leher klien
Tidak ada Massa tumor.
3. Dada/thorax
Inspeksi : ukuran (anterior, posterior,transversal) simetris kiri dan kanan.
Palpasi : tidak ada massa dan tumor pada bagian dada klien.
Tidak ada retraksi gerakan dada Tidak ada tampilan gerakan otot bantu pernapasan pd klien
Suara nafas: vesikuler.
D. System kardiovaskular jantung.
1. Inspeksi
Konjungtiva anemis menunjukkan adanya tanda dehidrasi, mukosa bibir sedikit pucat/kering, arteri karotis lemah dan vena jugularis meninggi.
2. Palpasi
Tidak ada nyeri di bagian dada pada saat bernafas, tidak terdapat tumor pada bagian dada klien.
3. Auskultasi :
pola atau suara jantung
S1: terletak di ICS 4 & 5 Kiri (area trikuspidal ventrikuler dipersepsikan dengan bunyi “LUB”.
S2: terletak di ICS 1&2 kiri (pulmonal) dan dibagian kanan (aorta). Dipersepsikan dengan bunyi “DUB”.
Paru – paru
Inspeksi : pola nafas resspirasi rate
Perkusi : bunyi lapang paru (tympany)
Auskultasi: suara nafas vesikuler
E. System pencernaan
1. Mulut
Inspeksi : tidak ada riwayat stomatitis pada bibir klien ,Bibir kering, tidak ada riwayat palatoskyzis, informasi dari pasien mengatakan jumlah gigi 28 dari gigi lengkap 32, tidak menggunakan gigi palsu.
Gusi : tidak ada perdarahan pada gusi pasien.
Lidah: lembab , wrna merah muda keputihan
Palatum: tidak memiliki lesi pada pasien
Tonsil : tidak ada pembesaran tonsil atau riwayat tonsillitis
Kerongkongan : klien tidak ada nyeri rangsangan menelan.
2. Gaster
Inspeksi : warna kulit sawo matang tidak terdapat luka.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Auskultasi : gerakan peristaltic bising usus 12x/menit.
3. Abdomen
Inspeksi : warna kulit sawo matang pada bagian perut klien
Terdapat luka terbuka hasil dari bekas operasi dengan diameter kurang lebih 5 – 6 cm.
Keadaan luka : rubor
Auskultasi: peristaltic bising usus 10x/menit.
Perkusi : tympani
Palpasi : tidak dapat dipalpasi akibat adanya perlukaan di sekitar daerah abdomen .
F. Sistem indera
1. Mata
Inspeksi : Lapang pandang 180 , tidak terdapat gangguan visual pada mata klien, reflex pupil (isokor) mengecil apabila dibias cahaya.
2. Hidung
Inspeksi : klien mengatakan hidung klien dapat membedakan bau ( misalnya bau minyak kayu putih dan bau feses.
Tidak terdapat riwayat mimisan pada klien. Tidak terdapat secret yang menghalangi penciuman.
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan Os. Nasalis (tulang hidung).
3. Telinga
Inspeksi : simetris kiri dan kanan
Tidak ada sumbatan meatus acusticus externus (MAE)
Kanal auditorius bersih
Tidak ada gangguan pendengaran pada kedua telinga klien
Palpasi : tidak terdapat massa pada telinga klien
Tidak terdapat nyeri tekan pada kedua daun telinga klien
G. Sistem saraf
1. Fungsi serebral
a. Status mental orientasi normal.
Dapat mengingat dan mengetahui benda yang pernah dia miliki, mengingat bagaimana rasa dari buah jeruk dank lien mampu mengingat anggota keluarga klien.
b. Kesadaran klien
1) Eyes : visus sentralis jauh maupun dekat.
Pasien mampu membuka mata secara spontan apabila perawat datang dalam ruang perawatan dengan skor 4.
2) Motorik response
Pasien mampu menuruti perintah tanpa ada reaksi nyeri apabila pasien langsung disuruh untuk mengangkat tangan dengan skor 6.
3) Verbal response
Baik dan tidak ada disorientasi pada klien
Dapat merespon percakapan dengan baik dan tahu di lokasi mana ia berada saat ini dengan skor 5.
c. Bicara dengan klien
Percakapan responsive penggunaan bahasa daerah dengan bahasa Indonesia baik, tidak ada disorientasi.
2. Fungsi cranial.
1) Nervus I (olvactorius) : fungsi penciuman baik dimana klien
dapat membedakan bau teh dan rasa jeruk.
2) Nervus II (Optikus) : visus sentralis jauh maupun dekat dengan lapang pandang 180
3) Nervus III,IV,dan VI (Okulomotorius , troklearis dan abdusen)
Reaksi pupil mengecil terhadap bias cahaya. Gerakan bola mata 6 arah.
4) Nervus v (trigeminus).
Sensorik : dapat merasakan rangsangan pada kaki, wajah Didepan reflex , kornea (+)
Motorik : otot massiter dan temporal (+) saat klien mengunyah.
5) Nervus VII (Facialis)
Sensorik : dapat merasakan rasa manis, asam dan asin pada anterior lidah.
Otonom : ada lakrimalis dan salvias bila dirangsang
Motorik : klien dapat tersenyum, klien dapat mengangkat als.
6) Nervus VIII (Vestibulo cocklearis).
Sensorik : tidak terdapat gangguan keseimbangan
Pendengaran: fungsi penginderaan baik, dapat mendengar bisikan dengan jarak 3 meter.
7) Nervus IX (Glossofaringeus)
Sensorik : klien dapat merasakan pahit pada posterior Lidah.
Motorik : tidak terdapat nyeri pada saat menelan.
8) Nervus XI (Assesoris).
Motorik : posisi lidah simetris, tidak ada deviasi gerakan
lidah, lidah dapat dijulurkan dan digerakkan
kekiri dan ke kanan sambil diberi tahanan.
3. Fungsi motorik
a. Tonus otot tidak bergerak aktif
b. Kekuatan otot
4. Fungsi sensorik : klien dapat merasakan nyeri, suhu panas dingin dan
Rabaan.
5. Reflex
Bisep : +
Trisep : +
Patella : +
Babinsky: -
H. System musculoskeletal.
1. Kepala
Inspeksi : bentuk messochepal.
Pergerakan dapat fleksi dan ekstensi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
2. Vertebra
Pergerakan baik , tidak ada tanda- tanda bahwa klien skoliosis
3. Lutut
Inspeksi : tidak terdapat pembengkakan pada lutut maupun tanda adanya tumor.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada kaki klien
4. Kaki
Ispeksi : tidak terdapat pembengkakan pada area persendian
Palpasi : terdapat nyeri tekan pada bagian betis.
5. Tangan
Inspeksi : terdapat udem pada bagian tangan kiri.
Pergerakan lengan klien sedang
Terpasang infuse RL 28tpm pada bagian tangan kanan
Kekuatan otot
Palpasi adanya nyeri tekan pada udem di bagian lengan. Bekas lokasi pemasangan infuse.
I. Sistem integument
Rambut : warna hitam, tidak mudah rontok
Kulit : Sawo matang, Suhu: 38,5, kulit sedikit lembab dikarenakan keringat. Turgor kulit normal.
Kuku : CRT kurang lebih 2 detik, tidak terdapat clubbing ferger, tidak terdapat adanya tanda – tanda sianosis.
J. Sistem endokrin.
Tidak terdapat pembesaran pada kelenjar tiroid.
Eksresi urine tidak berlebihan
Keringat berlebih pada klien menunjukan adanya tanda – tanda dehidrasi.
K. System perkemihan
Tidak ada riwayat kencing batu. Tidak Terpasang kateter urine haluaran urine >1000cc
L. System reproduksi
Klien tidak dapat dikaji karena klien merasa tidak bersedia untuk dilakukan pengkajian.
M. System imun
Klien mengatakan tidak ada alergi pada makanan ,
Klien merasa tidak memiliki ketergantungan pada obat-obatan.
Tidak terdapat tanda bahwa penyakit yang dialaminya berhubungan dengan cuaca.
Belum terdapat dilakukan bahwa pasien melakukan transfuse darah.
N. Therapy saat ini
1. DEXTROSE 5% 20tpm
2. OMEPRAZOLE 40Mg/12j/IV
3. ARTEMETHER 160Mg/24j/IV
4. SISTENOOL 500Mg/oral
5. PRIMAKUIN 1Tab/24j/oral.
O. Tindakan:
Dilakukan tindakan pemasangan infuse
Injeksi obat sesuai jadwaal dan resep dokter
AKTIVITAS SEHARI – HARI
A. nutrisi
No. | kondisi | Sebelum sakit | Saat sakit |
Nutrisi Selera makan Menu makan frekuensi jenis makanan kesulitan tindakan | |||
1 | Baik/teratur | Nafsu makan menurun | |
2 | 1 porsi /sekali makan | Stengah porsi 2/3 sehari | |
3 | 3x sehari | 3x sehari | |
4 | nasi, sayur, daging | Bubur, nasi, sayur, sup ikan | |
5 | Tidak ada | Nafsu makan teratur | |
6 | mandiri | Dibantu |
B. cairan
No. | Kondisi | Sebelum sakit | Saat sakit |
1 | Jenis minuman | Air putih , kopi | Air putih, teh, susu |
2 | Frekuensi minum | Setiap saat kebutuhan | Setiap saat |
3 | kesulitan | Tidak ada | Tidak Ada kesulitan |
4 | tindakan | mandiri | Dibantu |
C. eliminasi
No. | Kondisi (BAB) | Sebelum sakit | Saat sakit |
1 | tempat | WC | Toilet umum RS |
2 | Frekuensi | 2 atau 3x/hari | 2x/3 hari |
3 | konsistensi | Lunak | Lunak |
4 | Kesulitan | Tidak ada | Tidak ada Hambatan mobilitas |
5 | Tindakan | mandiri | Dibantu |
No. | Kondisi (BAK) | Sebelum sakit | Saat sakit |
1 | tempat | Toilet | Toilet Rs |
2 | Frekuensi | Tidak menentu | - |
3 | Warna | Putih | Kuning/putih |
4 | Bau | amoniak | Amoniak |
5 | kesulitan | Tidak ada | Tidak ada Hambatan mobilitas |
D. Istirahat tidur
No. | Istirahat tidur | Sebelum sakit | Saat sakit |
1 | siang | 2 – 3 jam (13.00 -15.00) | 3 jam (13.00 – 16.00) |
2 | malam | 8 jam (21.00 – 05.00) | 8 – 9 jam. |
No. | Kebiasaan sebelum tidur | Sebelum sakit | Saat sakit |
1 | tindakan | Ceritra dengan keluarga | Ceritra dengan keluarga |
2 | Kesulitan tidur | Tidak ada | DEMAM |
3 | Tempat | Kamar tidur | Ruang L1BB |
E. Aktivitas
No. | aktivitas | Sebelum sakit | Saat sakit |
1 | program | Pekerjaan rumah tangga | Belum pernah melakukan aktifitas |
2 | Setiap hari | Belum pernah melakukan. |
F. Personal hygiene
No. | Personal hygiene | Sebelum sakit | Saat sakit |
1 | mandi frekuensi tempat | ||
2 | 1x/hari | 1x/3hari | |
3 | Kamar mandi | Kamar mandi | |
4 | Cuci rambut Frekuensi cara | ||
5 | 2x sehari | 2X sehari | |
6 | Menggunakan sampo | 1x sehari | |
7 | perawatan kuku/F:C | 1X/4minggu | Belum pernah |
alat | Gunting kuku | ||
8 | Gosok gigi | 1x/hari | 1x/2 hari |
GENOGRAM THREE GENERATION
? |
? |
? |
? |
25 |
Keterangan:
: Laki – laki : meninggal
: perempuan : klien
? : Usia tidak diketahui : tinggal serumah
Kesimpulan:
G1:
- kakek dan nenek dari ayah dan ibu klien telah meninggal.
- Umur kakek dan nenek tidak diketahui secara pasti
- Tidak ada penyakit yang dialami kakek dan nenek klien
- Tidak ada hubungan yang terkait dengan penyakit yang diderita oleh klien.
G2:
- Tidak ada anggota saudara baik ibu dan ayah klien yang menderita penyakit yang sama pada klien.
- Tidak ada penyakit keturunan dalam keluarga dan tidak ada penyakit menular.
- Saudara saudari klien masih dalam usia yg produktife
- Saudara klien belum meninggal.
G3:
- Klien belum pernah mengalami kecelakaan/trauma.
- Klien belum pernah melakukan tindakan operatif.
- Klien Tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.
- Anak kandung klien sudah dalam usia produktif.
KLASIFIKASI DATA
(CP IA)
NAMA PASIEN : Tn. “R”
No. REKAM MEDIK : -
RUANG RAWAT : RUANGAN LONTARA 1
BAWAH BELAKANG
RS.WAHIDIN SUDIROHUSODO
No. | Data subjektif | Data objektif |
1. 2. 3. | Klien mengatakan demam. Klien mengatakan cemas terhadap kondisi yang dialaminya saat ini Klien mengatakan kurang mengetahui kondisi penyakit yang dialaminya . | - Klien demam - TTV TD : 130/90 mmhg Nadi : 97x/menit Suhu : 38,5 Pernapasan : 25x/mnt - Kekuatan otot - Klien gelisah - Klien sering mengeluhkan penyakitnya . - Klien sering bertanya Tanya tentang kondisi penyakit yang dialami. - Klien tampak kebingungan. |
ANALISA DATA
(CP IB).
NAMA KLIEN : Tn. “R”
No.REKAM MEDIS : -
RUANG RAWAT : RUANGAN LONTARA 1
BAWAH BELAKANG RSUP.
WAHIDIN NSUDIROHUSODO
No. | Data | Etiologi | masalah |
1. 2. 3. | Ds: Klien mengatakan demam . Do: - Klien demam - TTV TD : 130/90 mmhg Nadi : 97x/menit Suhu : 38,5 Pernapasan : 25x/mnt - Kekuatan otot Ds: - Klien mengatakan cemas terhadap kondisi yang dialaminya saat ini. Do: - Klien gelisah - Klien sering mengeluhkan penyakitnya Ds: - Klien mengatakan kurang mengetahui kondisi penyakit yang dialaminya. Do: - Klien sering bertanya Tanya tentang kondisi penyakit yang dialami. - Klien tampak kebingungan . | MALARIA Metabolisme terganggu penurunan system kekebalan tubuh terhadap plasmodium efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus. hypertermi Penyebab tentang penyakit kurang diketahui Beban informasi tentang penyakit malaria Perubahan status kesehatan cemas . Perubahan status kesehatan Respon kecemasan. Kurang pengetahuan tentang penyakit malaria. Kurang informasi | Hypertermi. cemas . Kurang informasi. |
DIAGNOSA KEPERAWATAN
(CP II)
NAMA PASIEN : Tn. “R”
No. REKAM MEDIK : -
RUANG RAWAT : RUANGAN LONTARA 1 BAWAH
BELAKANG RS.WAHIDIN
SUDIROHUSODO.
No. | Diagnosa | Tanggal ditemukan | Tanggal teratasi |
1. 2. 3. | Hipertermi berhubungan dengan efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus/ penurunan system kekebalan tubuh terhadap plasmodium. Ansietas / kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan. kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurangnya informasi mengenai penyakit malaria | 10 Januari 2016 10 januari 2016 10 januari 2016 | 11 januari 2016. 11 januari 2016. 11 januari 2016 |
RENCANA KEPERAWATAN
(CP III).
NAMA PASIEN : Tn. “R”
No. REKAM MEDIS : -
RUANG RAWAT : RUANGAN LONTARA 1 BAWAH
BELAKANG RS.WAHIDIN
SUDIROHUSODO.
No. | diagnosa | tujuan | intervensi | Rasional. |
1. 2. 3. | Hipertermi berhubungan dengan efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus/ penurunan system kekebalan tubuh terhadap plasmodium Ansietas / kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan. kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurangnya informasi mengenai penyakit malaria | Selama dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, pasien mengatakan tidak demam lagi. dengan kriteria hasil: Suhu: 36,5 Selama dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, pasien mengatakan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi. dengan kriteria hasil: - keadaan umum baik - berat badan sesuai dengan umur. - Nafsu makan klien meningkat. - Pola makan teratur. Selama dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam, pasien mengatakan klien klien mengetahui tentang penerapan health education. dengan kriteria hasil: - keadaan umum baik. - klien mampu menerima pengetahuan dan menerapkannya degan baik sehubungan dengan penyakit yang dialami | 1.kaji keadaan umum klien dan suhu tubuh klien 2.Anjurkan untuk minum air putih bila perlu. 3.Beri kompres hangat pada klien. 1.Kaji respon kecemasan klien sehubungan dengan penyakitnya 2.Anjurkan pada klien untuk melakukan tehnik relaksasi nafas dalam. 3. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian edukasi kesehatan pada pasien. 1.Kaji respon klien terhadap pengetahuan klien sehubungan dengan penyakitnya. 2.Beri penjelasan pada klien tentang kondisi yang dialaminya. 3.Berikan health education bagi klien dan keluarga. | 1.Untuk mengetahui keadaan umum klien dan suhu tubuh klien. 2.Mencegah terjadinya kehilangan cairan yang berlebih 3.Membantu pemindahan panas secara konduksi. 1.Membantu memonitoring tingkat kecemasan klien agar dapat menentukan intervensi selanjutnya. 2. Agar membantu klien meningkatkan relaksasi kenyamanan dan menurunkan nyeri. 3.Memblokir rangsangan impuls nyeri ke otak sehingga cemas tidak dipersepsikan mampu berkurang 1.Untuk menunjukkan respon klien terhadap pengetahuan tentang penyakitnya 2.Agar klien memahami informasi penyakit yang dialami klien. 3.Klien dan keluarga mampu mengetahui hal apa yang mampu merangsang penyakit klien. |
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
(CP IV DAN V)
NAMA PASIEN : Tn. “R”
No. REKAM MEDIS : -
RUANG RAWAT : RUANGAN LONTARA 1 BAWAH BELAKANG
RS. WAHIDIN SUDIROHUSODO
Tanggal | Kode NDX | Jam | Tindakan keperawatan | Evaluasi S,O,A,P |
10 januari. 11 januari | 1. 2. 3 1 2 3 | 07.30 07.45 08.40 09.20 09.22 09.24 10.30 10.45 10.50 07.30 07.45 08.40 09.20 09.22 09.24 10.30 10.45 10.50 | 1. kaji keadaan umum klien dan suhu tubuh klien Hasil : - Klien mengatakan demam. - TTV TD: 130/90mmhg Nadi: 80x/mnt Suhu: 38.6 Pernapasan: 18x/mnt 2. Anjurkan untuk minum air putih bila perlu Hasil: - klien mau mengikuti apa yang telah diinstruksikan dengan meminum air putih sebanyak 2gelas. 3. Beri kompres hangat pada klien. Hasil: Klien telah diberi kompres hangat pada daerah axilla. 1. Kaji respon kecemasan klien sehubungan dengan penyakitnya. Hasil: - klien mengatakan cemas terhadap kondisi kesehatannya saat ini. 2. Anjurkan pada klien untuk melakukan tehnik relaksasi nafas dalam. Hasil: klien mau mengikuti apa yang telah diinstruksikan dengan melakukan tehnik relaksasi nafas dalam. 3. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian edukasi kesehatan pada pasien. Hasil: klien mampu mengikuti secara seksama apa yang telah diinformasikan mengenai penyakit mnalaria 1. Kaji respon klien terhadap pengetahuan klien sehubungan dengan penyakitnya. Hasil: - Klien mengatakan kurang mengetahui kondisi penyakit yang dialaminya. 2. Beri penjelasan pada klien tentang kondisi yang dialaminya. Hasil: klien mau mengikuti apa yang telah diinformasikan sehubungan dengan penyakit malaria. 3. Berikan health education bagi klien dan keluarga. Hasil: keluarga klien mau mengikuti apa yang diinformasikan sehubungan dengan penyakit malaria dan apa yang harus dilakukan untuk mencegah penyakit malaria. 1. kaji keadaan umum klien dan suhu tubuh klien Hasil : - Klien mengatakan demam berkurang. - TTV TD: 110/80mmhg Nadi: 78x/mnt Suhu: 37.3 Pernapasan: 17x/mnt 2. Anjurkan untuk minum air putih bila perlu Hasil: - klien mau mengikuti apa yang telah diinstruksikan dengan meminum air putih sebanyak 2gelas. 3. Beri kompres hangat pada klien. Hasil: Klien telah diberi kompres hangat pada daerah axilla. 1. Kaji respon kecemasan klien sehubungan dengan penyakitnya. Hasil: - klien mengatakan rasa cemas berkurang terhadap kondisi kesehatannya saat ini. 2. Anjurkan pada klien untuk melakukan tehnik relaksasi nafas dalam. Hasil: klien mau mengikuti apa yang telah diinstruksikan dengan melakukan tehnik relaksasi nafas dalam. 3. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian edukasi kesehatan pada pasien. Hasil: klien mampu mengikuti secara seksama apa yang telah diinformasikan mengenai penyakit mnalaria 1. Kaji respon klien terhadap pengetahuan klien sehubungan dengan penyakitnya. Hasil: - Klien mengatakan mulai mengetahui kondisi penyakit yang dialaminya. 2. Beri penjelasan pada klien tentang kondisi yang dialaminya. Hasil: klien mau mengikuti apa yang telah diinformasikan sehubungan dengan penyakit malaria. 3. Berikan health education bagi klien dan keluarga. Hasil: keluarga klien mau mengikuti apa yang diinformasikan sehubungan dengan penyakit malaria dan apa yang harus dilakukan untuk mencegah penyakit malaria. | S: Klien mengatakan demam. O: - Klien demam - TTV TD: 130/90mmhg Nadi: 80x/menit Suhu: 38,6 Pernapasan :25x/mnt Kekuatan otot A: masalah belum teratasi (hypertermi.) P: Lanjutkan intervensi - kaji keadaan umum klien dan suhu tubuh klien - Anjurkan untuk minum air putih bila perlu. - Beri kompres hangat pada klien. S: - klien mengatakan cemas terhadap kondisi kesehatannya saat ini O: - klien cemas. - Klien sering mengeluhkan penyakitnya A: Masalah belum teratasi (ansietas) P: lanjutkan intervensi - Kaji respon kecemasan klien sehubungan dengan penyakitnya. - Anjurkan pada klien untuk melakukan tehnik relaksasi nafas dalam. - Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian edukasi kesehatan pada pasien.. S: - Klien mengatakan kurang mengetahui kondisi penyakit yang dialaminya. O: - Klien sering bertanya Tanya tentang kondisi penyakit yang dialami. - Klien tampak kebingungan. A: masalah belum teratasi (kurang pengetahuan). P: Lanjutkan intervensi - Kaji respon klien terhadap pengetahuan klien sehubungan dengan penyakitnya. - Beri penjelasan pada klien tentang kondisi yang dialaminya - Berikan health education bagi klien dan keluarga. S: Klien mengatakan demam berkurang. O: - Klien demam - TTV TD: 110/80mmhg Nadi: 78x/menit Suhu: 37,3 Pernapasan :17x/mnt - Kekuatan otot A: masalah teratasi (hypertermi.) P: pertahankan intervensi - kaji keadaan umum klien dan suhu tubuh klien - Anjurkan untuk minum air putih bila perlu. - Beri kompres hangat pada klien. S: - klien mengatakan rasa cemas berkurang O: - klien tidak cemas lagi. - Klien sudah tidak mengeluhkan penyakitnya A: Masalah teratasi (ansietas) P: pertahankan intervensi - Kaji respon kecemasan klien sehubungan dengan penyakitnya. - Anjurkan pada klien untuk melakukan tehnik relaksasi nafas dalam. - Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian edukasi kesehatan pada pasien.. S: - Klien mengatakan mulai mengetahui kondisi penyakit yang dialaminya. O: - Klien sudah tidak bertanya Tanya tentang kondisi penyakit yang dialami. - Klien sudah mulai mengerti dan menerima kondisi kesehatannya. A: masalah teratasi (kurang pengetahuan). P: pertahankan intervensi - Kaji respon klien terhadap pengetahuan klien sehubungan dengan penyakitnya. - Beri penjelasan pada klien tentang kondisi yang dialaminya - Berikan health education bagi klien dan keluarga. |
RESUME KEPERAWATAN
(CP VI)
A. IDENTITAS
Nama klien : Tn.”R” No.R.M : -
UMUR : - Thn tanggal masuk : 10 januari 2016.
Jenis kelamin : - tanggal kaji : 11 januari 2016.
Tanggal keluar : 16 januari 2016
Agama :-
Diagnose medic : malaria tropicana
B. Masalah yang timbul.
1. Hipertermi berhubungan dengan efek langsung sirkulasi kuman pada hipotalamus/ penurunan system kekebalan tubuh terhadap plasmodium.
2. Ansietas / kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
3. Klien mengatakan kurang mengetahui kondisi penyakit yang dialaminya
C. Perawatan selama pasien berada di rumah sakit.
1. Mengobservasi tanda – tanda vital.
2. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat oral dan analgesi.
3. Menjelaskan tentang penyakit yang diderita klien.
4. Memberikan health education pada klien mengenai Malaria
5. Pemberian rencana therapy dalam asupan intake cairan
6. Menentukan frekuensi yang diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan pasien dalam mempertahankan tirah baring.
7. Mengeksplorasi fakktor pasien yang meningkatkan atau memperburuk nyeri.
8. Memantau pola tidur pasien dan durasi jam tidur.
9. Memonitoring pola output dan input pasien.
D. EVALUASI
1. Rasa nyeri yang dirasakan klien berkurang dan hilang.
2. Tidak terjadi kekurangan volume cairan lagi
3. Tidak terdapat adanya tanda- tanda trauma pergerakan dan mobilitas.
4. Nutrisi terpenuhi.
5. Waktu istrahat tidur klien terpenuhi.
6. Klien tidak gelisah tentang kondisi yang dialaminya saat ini.
7. Klien mampu mengenal lebih jauh tentang penyakit Malaria
8. Tidak menimbulkan gangguan integritas kulit akibat dehidrasi.
9. Pasien mampu beraktifitas seperti sedia kala.
E. Rencana pada pasien di saat pulang.
1. Tetap meminta pertolongan sesuai dengan agama yang dianutnya.
2. Batasi aktifitas yang cepat melelahkan.
3. Makan makanan yang mengandung gizi seimbang.
4. Perbanyaak minum air putih saat mau pulang.
5. Pertahankan waktu istirahat yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar