Minggu, 11 Desember 2022

laporan pendahuluan disritmia


LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP MEDIS
A.    Anatomi Fisiologi
1.      Sifat Otot Jantung: Otot jantung memiliki sifat fisiologis yaitu eksitabilitas, otomatisitas, konduktivitas, dan kontraktilitas.
2.      Eksitabilitas adalah kemampuan sel miokardium untuk merespons stimulus.
3.      Otomatisitas memungkinkan sel mencapai potensial ambang dan membangkitkan impuls tanpa adanya stimulasi dari sumber lain.
4.      Konduktivitas mengacu pada kemampuan otot untuk menghantarkan impuls dari satu sel ke sel lain.
5.      Kontraktilitas memungkinkan otot untuk memendek pada saat terjadi stimulasi apabila semua sifat tersebut utuh, otot jantung distimulasi oleh impuls yang berasal dari nodus sinus.
Disritmia dapat muncul, apabila terjadi ketidak seimbangan pada salah satu sifat dasar jantung. Ketidak seimbangan pada salah satu sifat dasar jantung. Pada infark miokard, terjadi peningkatan respons miokardium terhadap estimulus akibat penurunan oksigenasi kemiokardium, yang menyebabkan peningkatan eksitabilitas. Hal ini merupakan salah satu contoh yang paling sering menyebabkan disritmia.
Jalur hantaran Normal.ketika suatu impuls timbul pada nodus sinus, maka akan diikuti suatu jalur listrik normal impuls yang berjalan dari nodus sinus melalui atria ke nodus AV atau sambungan, yang juga meliputi berkas his. Impuls akan diperlambat dinodus AV agar fentrikel selesai terisi darah dari nodus AV impuls bejalan sangat cepat melalui cabang-cabang perkas his.berakhir di serat purkinje pada dinding untuk memulai sistole.
Sistem Saraf Otonom.jantung bekerja di bawah kendali sisitem saraf otonom, yang terdiri dari serat simpatis dan parasimpatis. Sistem simpatis juga dikenal sebagai adrenegris, yang berasal dari kata dasar adrenal, jadi stimulasi sistem simpatis akan mempercepat prekuensi jantung, meningkatkan tekanan darah, dan memperkuat kontraksi miokard, sebaliknya stimulasi para simpatis, akan memperlambat jantung menurunkan tekanan darah, dan mengurangi frekuensi kontraksi.

B.     DEFINISI


Disritmia merupakan kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau irama maupun suatu kelainan ireguler dari denyut jantung yang disebabkan oleh pembentukan impuls yang abnormal dan kelainan konduksi impuls atau keduanya. atau bisa di definisikan dengan menganalisa gelombang EKG. Disritmia dinamakan berdasarkan pada tempat dan asal impuls dan mekanisme hantaran yang terlibat. Misalnya disritmia yang berasal dari nodus sinus (nodus SA) dan frekuensinya lambat dinamakan sinus bradikardia. Ada empat kemungkinan tempat asal disritmia, yaitu nodus sinus, atria, nodus AV atau sambungan, dan frentrikel. Gangguan mekanisme hantaran yang mungkin dapat terjadi meliputi bradikardi, takikardi, flutter, fibrilasi, denyut prematur, dan penyekat jantung.
Gangguan irama jantung atau disritmia juga merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999).

Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994).

 Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).

Beberapa tipe malfungsi jantung yang paling mengganggu tidak terjadi sebagai akibat dari otot jantung yang abnormal tetapi karena irama jantung yang abnormal. Sebagai contoh, kadang-kadang denyut atrium tidak terkoordinasi dengan denyut dari ventrikel, sehingga atrium tidak lagi berfungsi sebagai pendahulu bagi ventrikel.
Adanya kelainan elektrofisiologi jantung dan terutama kelainan system konduksi jantung menimbulkan gangguan pembentukan dan/atau penghantaran impuls.

C.    ETIOLOGI
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
Penyebab dari aritmia jantung biasanya satu atau gabungan dari kelainan berikut ini dalam sistem irama-konduksi jantung :
1.      Irama abnormal dari pacu jantung.
2.      Pergeseran pacu jantung dari nodus sinus ke bagian lain dari jantung.
3.      Blok pada tempat-tempat yang berbeda sewktu menghantarkan impuls melalui jantung.
4.      Jalur hantaran impuls yang abnormal melalui jantung.
5.      Pembentukan yang spontan dari impuls abnormal pada hamper semua bagian jantung.
6.      Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi)
7.      Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
8.      Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia lainnya.
9.      Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
10.  Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung.
11.  Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
12.  Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis).
13.  Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
14.  Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung.
15.  Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi jantung)..

D.    Jenis - jenis Disritmia
1.      Disritmia Nodus Sinus
a. Bradikardi Sinus
Bradikardi sinus bisa terjadi karena stimulasi vagal, intoksikasi digitalis, peningkatan tekanan intrakranial, atau invamiokard (MI). Bradikardi sinus juga di jumpai pada olah ragawan berat, orang yang sangat kesakitan, atau orang yang mendapat pengobatan (propranolol, reservin, metildopa) pada keadaan hipoendokrim (miksedema, penyakit adison, panhipopituitarisme) pada anoreksia nerposa, pada hipotermia, setelah kerusakan bedah nodus SA.
1)      Frekuensi: 40-60 denyut per menit.
2)      Gelombang P: mendahului setiap kompleks QRS interval PR normal.
3)      Kompleks QRS: biasanya normal.
4)      Hantaran: biasanya normal.
5)      Irama: regular,
b.Takikardi Sinus
Takikardi sinus (denyut jantung cepat) dapat disebabkan oleh demam, kehilangan darah akut, anemia, syok, latihan, gagal jantung kongestif (CHF= congestive heart failuire), nyeri, keadaan hipermetabolisme, kecemasan, simpatomimetika atau pengobatan parasimpatolitik., pola EKG takitardi sinus adalah sebagai berikut:
1)      Frekuensi: 100 sampai 80 denyut per menit.
2)      Gelombang P: mendahului setiap kompleks QRS, dapat tenggelam dalam gelombang T yang mendahuluinya; interval PR normal.
3)      Kompleks QRS: biasanya mempunyai durasi normal.
4)      Hantaran: biasanya normal.
5)      Irama: regular.
Semua aspek takikardi sinus sama dengan irama sinus normal kecuali frekuensinya tekanan sinus karotis, yang dilakukan pada salah satu sisi leher, mungkin efektif memperlambat frekuensi untuk sementara, sehingga dapat membantu menyingkirkan disritmia lainnya. Begitu frekuensi jantung meningkat, maka waktu pengisian diastolel menurung, mengakibatka penurunan curah jantung kemudian timbul gejalah sinkop dan tekanan darah rendah, bila frekuensi tetap tinggi dan jantung tidak mampu mengkompensasi dengan menurunkan pengisian ventrikel, pasien dapat mengalami edema paru akut.

2. Disritmia atrium
a. Kontraksi prematur atrium
Kontraksi prematur atrium (PAC = prematur atrium kontraksen) dapat di sebabkan oleh iritabilitas otot atrium karena kavein, alkohol, nikotim, miokardium atrium yang teregam seperti gagal jantung kongestif ( CHF = kongestive haert hailure), sters atau kecemasan, hipokalemia ( kadar kalium rendah), cedera, invak, atau keadaan hipermetabolik.
Kontraksi prematur atrium mempunyai Frekuensi: 60-100 denyut per menit, Gelombang P: biasanya mempunyai komfigurasi yang berbeda dengan gelombang P yang berasal dari nodus SA. Tempat lain pada atrium telah menjadi retabel (peningkatan otomatisasi) dan melepaskan impuls sebelum nodus SA melepaskan impuls secara normal. Interval PR dapat berbeda dengan interval impuls yang berasal dari nodus SA. Kompleks QRS: biasanya normal, menyimpan, atau tidak ada. Bila fentrikel sudah menyelesaikan fase repolisasi, mereka dapat merekan stimulus atrium ini dari awal. Hantaran: biasanya normal, Irama: reguler, kecuali bila terjadi PAC. Gelombang P akan terjadi lebih awal dalam siklus dan biasanya tidak akan mempunyai jeda, kompensasi yang lengkap.( waktu antara kompleks yang mendahului kompleks yang mengikuti lebih pendek dari waktu untuk dua interval RR).
b.takikardia atrium paroksimal
Takikardi atrium paroksimal ( PAT= proksimal atrium tachycardia) adalah takikarti atrium yang di tandai tengan awitan mendadak dan penghentian mendadak. Dapat di cetuskan pada emosi, tembakau, kavein, kelelahan, pengobatan simpatomimeti, atau alkohol.
Ferkuensi: 150-250 denyut permenit: ektopit dan mengalami distorsi dibanding gelombang P normal, dapat ditemukan pada awal gelombang P, interval PR memendek ( - dari 0,12 detik), Kompleks QR: biasanya normal, tetapi dapat mengalami tistosi apabila terjadi penimpangan hantaran. Hantaran: biasanya normal Irama: regular.
c. fluter Atrium.
fluter atrium terjadi bila ada titik fokus di atrium yang menangkap irama jantung dan membuat impuls antara 250-400 kali per menit. Karakter penting pad disritmia ini adalah terjadinya penyekat terapi terhadap nodus AV, yang menjegah penghantaran beberapa impuls.
Fluter atrium di tandai sebagai berikut;
1)      Frekuensi: frekuensi atrium antara 250-400 denyut per menit.
2)      Irama: reguler atau iraguler, tergantung jenis penyekatnya.
3)      Gelombang P: tidak ada, melainkan di ganti oleh pola gigi gergaji yang dihasilkan oleh fokus di atrium yang melepaskan impuls dengan cepat. Gelombang ini di sebut sebagai gelombang F.
4)      Kompleks QRS: konfigurasinya normal dan waktu hantarannya juga normal.
5)      Gelombang T: ada namun bisa tertutup oleh gelombang fluter.
d.            Fibrilasi Atrium
Fibrilasi atrium (kontraksi otot atrium yang tidak terorganisasi dan tidak terkoordinasi) biasanya berhubungan dengan penyakit jantung ateroskletorik, penyakit katup jantung, gagal jantung kongestif, tirotoksikosis, cor pulmonale, atau penyakit jantung kongenital.
Fibrilasi atrium ditandai sebagai berikut:
1)      Frekuensi: frekuensi atrium 350-600 denyut per menit; respons ventrikuler
2)      biasanya 120-200 denyut per menit.
3)      Gelombang P: tidak terdapat gelombang f , interval PR tidak dapat diukur.
4)      Kompleks QRS: biasanya normal.
5)      Hantaran: biasanya normal melalui ventrikel. Ditandai oleh respons ventrikel ireguler, karena nodus AV. Tidak berespons terhadap vrekuensi atrium yang cepat, maka impuls yang dihantarkan penyebabnya ventrikel berespons ireguler.
6)      Irama: ireguler dan biasanya cepat, kecuali bila terkontrol. Iregularitas irama diakibatkan oleh perbedaan hantaran nodus AV.
3.      Disritmia Ventrikel
a. Kontraksi Prematur Ventrikel
kontraksi prematur ventrikel (PVC = premature ventricular contraction) terjadi akibat peningkatan otomatisasi sel otak ventrikel. PCV bisa di sebabkan oleh konsisitas digitalis, hipoksia, hipokalemia, demam, asidosis, latihan, atau peningkatan sirkulasi katekolamin. Kontraksi prematur ventrikel mempunyai karakter sebagai berikut:
1)      Frekuensi: 60-100 denyut per menit
2)      Gelombang P: tidak akan muncul karena impuls berasal dari ventrikel.
3)      Kompleks QRS: biasanya lebar dan aneh,berdurasi lebih dari 0.10 detik
4)      Hantaran: terkadang retrograde melalui jaringan penyambung dan atrium.
5)      Irama: ireguler bila terjadi denyut premature.
b.Bigemini Ventrikel
Bigemini ventrikel biasanya diakibatkan oleh intoksikasi digitalis, penyakit arteri koroner, MI akut CHF. Istila begemini mengacu pada kondisi dimana setiap denyut adalah prematur:
1)      Frekuensi: dapat terjadi pada frekuensi jantung berapapun, tetapi biasanya kurang dari 90 denyut per menit.
2)      Gelombang P: seperti yang di terangkan pada PVC; padat tersembunyi dalam kompleks QRS.
3)      Kompleks QRS: setiap denyut adalah PVC dengan kompleks QRS yang lebar dan aneh dan terdapat jeda kompensasi lengkap.
4)      Hantaran: denyut sinus dihantarkan dari nodus sinus secara normal, namun PVC yang mulai berselang seling pada ventrikel akan mengakibatkan hantaran retrograde ke jaringan penyambung dan atrium
5)      Irama: ireguler
c. Takikardi Ventrikel
Takikardi ventrikel sangat berbahaya dan harus di anggap sebagai keadaan gawat darurat. Penyakit ini biasanya berhubungan dengan penyakit arteri koroner dan terjadi sebelum fibrilasi ventrikel. Takikardi ventrikel mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1)      Frekuensi: 150-200 denyut per menit.
2)      Gelombang P: biasanya tenggelam dalam kompleks QRS: bila terlihat,
3)      tidak selalu mempunyai pola yang sesuai dengan QRS.
4)      Kompleks QRS: mempunyai konfigurasi yang sama dengan konfigurasi yang sama dengan konfigurasi PVC- lebar dan aneh, dengan gelombang T terbalik.
5)      Hantaran: berasal dari ventrikel, dengan kemungkinan hantaran retrograde ke jaringan penyambung dan atrium.
6)      Irama: biasanya reguler.
d. Fibrilasi ventrikel
Vibrilasi ventrikel adalah denyutan ventrikel yang cepat dan tak efektif. Pada disritmia ini denyut jantung tidak terdengar dn tidak teraba, dan tidak ada respirasi. Vibrilasi ventrikel mempunyai karakter sebagai berikut:
1)   Frekuensi: cepat, tak terkoordinasi, tak efektif.
2)   Gelombang P: tidak terlihat.
3)   Kompleks QRS: cepat, undulasi ireguler tampa pola yang khas (multifokal).
4)   Hambatan: banyak fokus di ventrikel yang melepaskan impuls pada saat yang sama mengakibatkan hantaran tidak terjadi; tidak terjadi kontraksi ventrikel.
5)   Irama: sangat iraguler dan tidak terkoordinasi, tampa pola yang khusus.
4. Abnormalitas Hantaran
a.       penyekat AV Derajat-satu
Penyekat AV derajat satu biasanya derhubungan dengan penyakit jantung organik atau mungkin disebabkan oleh efek digitalis.
Penyakit jantung derajat satu mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1)      Frekuensi: bervariasi, biasanya 60-100 denyut per menit
2)      Gelombang P: mendahului setiap kompleks QRS. Interval PR berdurasi lebih besar dari 0,20 detik.
3)      Kompleks QRS: mengikuti setiap gelombang P,biasanya normal.
4)      Hantaran: hantaran menjadi lambat,biasanya disetiap tempat antara jaringan penyambung dan jaringan purkinje, menghasilkan interval PR yang panjang. Hantaran fentrikel biasanya normal.
5)      Irama: biasanya reguler
b. Penyekat AV Derajat-Dua
Penyekat AV derajat-dua juga dusebabkan oleh penyakit jantung organik, bentuk penyekat ini menghasilkan penurunan frekuensi jantung dan biasanya penurunan curah jantung .
Penyakit AV derajat-dua mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1)      Frekuensi: 30-55 denyut per menit.
2)      Gelombang P: terdapat dua, tiga, atau empat gelombang P untuk setiap kompleks QRS.
3)      Kompleks QRS: Biasanya normal.
4)      Hantaran: satu atau dua implus tidak di hantarkan ke fentrikel
5)      Irama: biasanya lambat dan regular.
c.       Penyakit AV Derajat-Tiga
Penyakit AV derajat tiga juga berhubungan dengan penyakit jantung organik, intoksikasi digitalis, dan MI. Frekuensi jantung berkurang daratis, mengakibatkan penurunan pervusi di organ vital, seperti otak, jantung, ginjal, paru dan kulit. Penyekat lengkap – penyekat AV derajat tiga-mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1)      Asal: impuls berasal dari nodus AS, tetrapi tidak di hantarkan ke serat purkin je.
2)      Frekuensi: frekuensi atrium, 60 sampai 100 denyut per menit, frekuensi ventrikel, 40 sampai 100 denyut per menit bila irama yang lolos berasal dari daerah penyambung, 20-40 denyut per menit bila irama yang lolos berasal dari ventrikel.
3)      Gelombang P: gelombang P yang berasal dari nodus SA terlihat regular sepanjang irama, namun tidak ada hubungan dengan kompleks QRS.
4)      Kompleks QRS: bila lolosnya irama berasal dari daerah penyambung, maka kompleks QRS mempunyai konfigurasi supraventrikuler yang normal, tetapi tidak berhubungan dengan gelombang P.
5)      Hantaran: nodus SA melepaskan implus, dan gelombang P dapat di lihat.
6)      Irama: biasanya lambat tapi reguler.
d.      Asistole ventrikel
Pada asistole ventrikel tidak akan terjadi kompleks QRS. Tidak ada denyut jantung, denyut nadi dan pernapasan. Asistole ventrikel mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1)      Frekuensi: tidak ada.
2)      Gelombang P: mungkin ada.
3)      Kompleks QRS: tidak ada.
4)      Hantaran: kemungkinan hanya melalui atrium.
5)      Irama: tidak ada.
Interpretasi EKG
EKG standar terdiri dari 12 lead. Informasi yang berhubungan dengan aktivitas listrik jantung diperoleh dengan menempatkan elektrode pada permukaan kulit pada posisi anatomis standar.beberapa posisi elektroda yang di pantau di sebut lead. Misalnya, lead 1 mengukur aktivitas listrik antara lengan kiri dan lengan kanan.

D.    PATOFISIOLOGI
Disritmia diakibatkan oleh berbagai faktor, di antaranya yaitu infark miokard. Infark miokard menyebabkan kurang efektifnya otot jantung untuk memompakan darahnya, kemudian mengakibatkan penurunan cardiak output.
Penurunan cardiak output ini mengakibatkan penurunan perfusi jaringan ditandai dengan kulit dingin, pucat, cianosis, nadi dan respiratori rate (RR)menjadi meningkat. Selain itu, penurunan perfusi jaringan juga   mengakibatkan penurunan kontruksi jantung. Penurunan kontruksi jantung menyebabkanvasodilatasi pembuluh darah juga akan menurun,Supraventrikuler Takikardi (SVT) terjadi karena adanya faktor re-entri impuls pada SA node/atrium. Tekanan karotid dan manuver valsava dapat memperlambat denyut jantung. SVT dapat diketahui dengan perubahan gelombang P :
1.      50 % terjadi gelombang P menghilang dan terbenam dalam QRS atau retrograde gelombang.
2.      10-30% terjadi anterograde atau polimorf gelombamg P, re-entri pada AV node.
3.      5-10% terdapat re-entri SA node yaitu intra arterial re-entri yang ditandai dengan gelombang P arterograde.
4.      Sisanya adalah intra arterial re-entri ditandai dengan bifasik gelombang P.

MANIFESTASI KLINIS.
Kebanyakan manifestasi klien dengan aritmia tidak disadari, sehingga terdeteksi pada saat rasa yang tidak nyaman seperti berdebar-debar, palpitasi, atau adanya denyut jantung yang berturut-turut bertambah serta adanya irama denyut yang tidak teratur. Keadaan ini tidak terlalu membahayakan, jika tidak terjadi gangguan hemodinamik. Tetapi manifestasi klinik pada klien dengan aritmia yang berbahaya adalah klien merasakan nyeri dada, pusing, bahkan keadaan yang lebih serius kemungkinan klien ditemukan meninggal mendadak. Hal itu dikarenakan pasokan darah yang mengandung nutrient dan oksigen yang dibutuhkan ke jaringan tubuh tidak mencukupi sehingga aktivitas/kegiatan metabolisme jaringan terganggu.
1.      Adapun penampilan klinis klien sebagai berikut:
a.       Anxietas
b.      Gelisah
c.       capek dan lelah serta gangguan aktivitas
d.      palpitasi
e.       nyeri dada
f.       vertigo, syncope
g.      tanda dan gejala sesak, crakles
h.      tanda hipoperfus.
E.     KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang menderita disritmia jantung antara lain:
1.      Curah jantung menurun.
2.      Suhu tubuh menurun (hipotermi)
3.      Apneu (henti nafas)
4.      Kematian.

F.     PENATALAKSANAAN
1.      Terapi Medis 
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
a.       Anti artimia kelas I : sodium channel blocker. 
Kelas I A :
1)      Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
2)      Procainamide untuk ventrikel ekstra sistole atrial fibrilasi dan aritmia yang menyertai anestesi.
3)      Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang.
Kelas I B
1)      Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
2)      Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT.
Kelas I C
1)      Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi.
2)      Anti aritmia kelas 2 (beta adrenergik blokade). Atenolol, metoprolol, propanolol : indikasi aritmia jantung, angina pektoris dan hipertensi
3)      Anti aritmia kelas 3 (prolong repolarisation) Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang.
4)      Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker) 
5)      Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia.
2.      Terapi mekanis
a.       Kardioversi: Mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
b.      Defibrilasi : Kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
c.       Defibrilator kardioverter implantable: suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
d.      Terapi pacemaker : Alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

G.    Pemeriksaan Penunjang.
1.      EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan tipe/sumber disritmia dan efek ketidak-seimbangan elektrolit dan obat jantung.
2.      Monitor halter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek obat antidisritmia.
3.      Foto dada: Dapat menunjukkan pembesaran bayangan jantung sehubungan dengan disfungsi ventrikel atau katup.
4.      Scan pencitraan miokardia: Dapat menunjukkan area iskemik/kerusakan miokard yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan kemampuan pompa.
5.      Tes stres latihan : Dapat dilakukan untuk mendemonstrasikan latihan yang menyebabkan disritmia.
6.      Elektrolit: Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat menyebabkan disritmia.
7.      Pemeriksaan obat: Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, guinidin.
8.      Pemeriksaan tyroid: Peningkatan atau penurunan kadar tyroid serum dapat menyebabkan meningkatkan disritmia.
9.      Laju sedimentasi: Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut contoh endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.
10.  GDA/nadi oksimatri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.



KONSEP KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
1.      Aktivitas dan istirahat
Gejala :
Kelemahan, kelelahan, malaise, cepat lelah. Insomnia, tidak tidur semalaman. Merasa gelisah dan ansietas. Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit. kelemahan dan/atau keletihan, perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misal nyeri, ansietas, berkeringat malam.
2.      Sirkulasi
Tanda :
Takikardia (respon terhadap perubahan curah jantung/ frekuensi jantung, tekanan darah meningkat). Kulit/membran mukosa : turgor buruk, kering, bibir pecah-pecah (dehidrasi/malnutrisi).
3.      Integritas ego
a.    Gejala :
Ansietas, ketakutan misalnya : perasaan tak berdaya/tak ada harapan. Perasaan gugup(disertai takiaritmia) perasaan terancam Faktor stress akut/kronis misalnya: hubungan dengan keluarga dan pekerjan, pengobatan yang mahal, berhubungan dengan masalah medis.
b.   Tanda :
Menolak, perhatian menyempit, depresi.
4.      Neurosensori
a.    Gejala : 
adanya pusing, berdenyut, sakit kepala.
b.   Tanda : Status mental sensori berubah contoh disorientasi, bingung, kehilangan memori, perubahan pola bicara/kesadaran, pingsan, koma.
Perubahan perilaku, contoh menyerang, letargi, halusinasi. Perubahan pupil (kesamaan dan reaksi terhadap sinar). Kehilangan refleks tendon dalam dengan disritmia yang mengancam hidup (takikardia ventrikel , bradikardia berat).
5.      Pernapasan:
a.       Gejala:
Pada pemeriksaan penunjang dapat terlihat adanya sumbatan seperti massa.
Penyakit paru kronis.
• Riwayat atau penggunaan tembakau berulang.
• Napas pendek.
• Batuk (dengan /tanpa produksi sputum).
b.      Tanda :
• Perubahan kecepatan/kedalaman pernapasan selama episode disritmia.
   Bunyi napas : bunyi tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernapasan, seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal.
6.      Makanan dan cairan
a.    Gejala :
Hilang nafsu makan, anoreksia.
• Tidak toleran terhadap makanan (karena adanya obat).
• Mual/muntah.
• Perubahan berat badan..
b.   Tanda :
 Penurunan berat badan, edema, tidak toleran terhadap diit/sensitive; buah segar/sayur, produk susu, makanan berlemak.
7.      Hygiene
a.    Tanda       :
Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri. Stomatitis menunjukan kekurangan vitamin. Bau badan.
8.      Nyeri dan kenyamanan
a.    Gejala ;
Nyeri/nyeri tekan pada perawatan ganti verban (mungkin hilang dengan defekasi), titik nyeri berpindah, nyeri tekan (atritis). nyeri terjadi pada bagian nasofaring, terasa panas.
b.   Tanda :
Nyeri tekan pada bagian leher tiroid
9.      Keamanan
a.    Gejala ;
Peningkatan suhu 39-40°Celcius (eksaserbasi akut). Penglihatan kabur, alergi terhadap makanan/produk susu (mengeluarkan histamine kedalam usus dan mempunyai efek inflamasi).
b.   Tanda :
Lesi kulit mungkin ada misalnya : eritema nodusum (meningkat, nyeri tekan, kemerahan dan membengkak) pada tangan, muka; pioderma ganggrenosa (lesi tekan purulen/lepuh dengan batas keunguan) pada paha, kaki dan mata kaki.
10.  Seksualitas
a.    Gejala :
Frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual.
11.  Interaksi social
Gejala : Masalah hubungan/peran sehubungan dengan kondisi. Ketidak mampuan aktif dalam sosial.


DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan disritmia jantung:
a.       Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru serta kontraksi miokardium.
b.      Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial.
c.       Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia mual – muntah..
d.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh.


PERENCANAAN/INTERVENSI

1.      Gangguan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru serta kontraksi miokardium.
Tujuan : pola nafas kembali efektif
Hasil   :
1)      Pola nafas efektif
2)      Bunyi nafas normal atau bersih
3)      TTV dalam batas normal
4)      Batuk berkurang
5)      Ekspansi paru mengembang
Intervensi:
1)      Kaji pola nafas klien
2)      Beri posisi tidur yang nyaman pada klien.
3)      Beri O2 sesuai kebutuhan.
4)      Observasi vital sign.
Rasional:
1)      Mengetahui batas keadekuatan pola pernafasan klien
2)      Untuk memberikan rasa nyaman dan respirasi pernafasan pada klien saat tidur.
3)      Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret..
4)      memonitoring perkembangan kondisi status kesehatan klien.

2.      Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intracranial
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Intervensi :
1)      Kaji keluhan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas.
2)      Pantau tanda-tanda vital.
3)      Ajarkan pada pasien teknik nafas dalam
4)      Penatalaksanaan pemberian obat analgetik
Rasional :
1)      Membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan.meningkatnya nyeri secara bertahap pasca operasi,menunjukkan melambatnya penyembuhan.
2)      Peningkatan TTV menandakan adanya peningkatan skala nyeri
3)      Meningkatkan relaksasi kenyamanan dan menurunkan nyeri.
4)      Menurunkan ketegangan otot sehingga nyeri berkurang.
5)      Memblokir rangsangan lmpuls nyeri ke otak sehingga nyeri tidak dipersepsikan.
3.      Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia mual – muntah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien terpenuhi.
Hasil :  keadaan umum baik dan berat badan sesuai dengan umur.
Intervensi :
1)      Kaji pola makan klien.
2)      Jelaskan pada klien bahwa pentingnya kebutuhan nutrisi.
3)      Anjurkan pada klien untuk memakan makanan dalam keadaan hangat.
Rasional:
1)      Menentukan intake yang dikonsumsi klien sebagai dasar dalam menentukan tindakan selanjutnya.
2)      Diharapkan dapat memenuhi informasi yg dibutuhkan klien.
3)      Dapat meningkatkan nafsu makan klien dengan baik.
4.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan tubuh.
Tujuan : klien dapat beraktifitas kembali
Hasil: klien tidak merasa lemas lagi , keadaan umum baik.
Intervensi :
1)      Kaji respon klien terhadap aktivitas
2)      Instruksikan pada klien untuk menghemat energy
3)      Dekatkan peralatan yang dibutuhkan klien.
4)      Libatkan keluarga dalam mengambil kebutuhan.
5)      Anjurkan dan ajarkan pada klien untuk latihan gerak secara bertahap.
Rasional:
1)      Untuk menunjukkan respon klien terhadap aktivitas.
2)      Membantu keseimbangan antara suplay O2
3)      Agar klien mudah mengambil alat – alat yang dibutuhkan.
4)      Membantu klien untuk memenuhi kebutuhan.
5)      Mencegah terjadinya artropi otot.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Flag Counter

Flag Counter

Pages

Follow